Kisah Pasukan Korea Menahan Invasi Prajurit China


SbzQYHVYlBsSRZlSNirIZtAjTFWmJUXrQCLcBGAsYHQ Kisah Pasukan Korea Menahan Invasi Tentara China

Film The Great Battle (Perang Pesar) ini mengkisahkan sejarah masa kemudian heroisme bangsa Korea dalam menahan laju invasi China dibawah pimpinan Kaisar Tang yang berupaya menyerang benteng Ansi yang dijaga oleh Jenderal Yang Man-chun.

Konon, film yang dibuat perusahaan Korea ini diangkat dari fakta sejarah. Kaprikornus ini yang menghasilkan film ini sungguh menarik.

Kaisar Tang yang sudah sukses menaklukkan banyak negeri menenteng 500 ribu pasukan untuk menggempur benteng Ansi yang dijaga oleh 5000 pasukan yang dipimpin Jenderal Yang Man-chun. Bayangkan, 500.000 melawan 5000 orang. Tentu sungguh tidak sebanding.

Semangat Kaisar Tang untuk menyerang benteng Ansi yang dikisahkan dalam film ini yakni untuk menjajah, merampok dan memperkosa. Sementara semangat Jenderal Yang Man-chun menjaga benteng Ansi yakni untuk membela tanah air mereka, menjaga belum dewasa mereka dari bahaya penindasan, keluarga dan bangsa mereka. Apapun harga yang mesti mereka bayar.

Dikisahkan, sebelumnya Kaisar Tang sudah sukses menaklukkan banyak negeri. Dan semua berhasil.

Tapi di Benteng Ansi ini hasilnya pasukan Kaisar Tang mengalami kekalahan tragis. Setelah tiga kali menjajal menyerang benteng Ansi dengan aneka macam seni administrasi gila dan dari aneka macam sisi, benteng Ansi tetap bangun kuat yang dijaga Jenderal Yang Man-chun.

Pasukan Kaisar Tang hasilnya lari kocar kacir sehabis sumbangan dari Ibukota tiba di benteng Ansi, dan dimana sebelumnya Kaisar Tang sendiri terluka parah. Anak panah dari busur yang dilepaskan Jenderal Yang Man-chun dari jarak jauh hasilnya perihal salah satu bola mata Kaisar Tang.

Dan tiga bulan sehabis kalah perang di Benteng Ansi ini, hasilnya Kaisar Tang pun tewas sehabis sebelumnya "mewasiatkan" biar siapapun jangan main-main menyerang Benteng Ansi.

Ada dua hal yang menawan perhatian aku dari film ini:

Pertama, sosok Yang Man-chun yang dikisahkan selaku panglima yang sungguh merakyat. Ia betul-betul dengan jujur menyayangi rakyatnya. Di tengah malam ia "blusukan" mengawasi warganya. Mendatangi salah satu warga yang melahirkan dan seterusnya.

Dan hasilnya, Yang Man-chun menjadi sosok yang betul-betul dicintai rakyatnya. Bahkan, Yang Man-chun dianggap warganya selaku Benteng Ansi itu sendiri. Benteng Ansi yakni Yang Man-chun, dan Yang Man-chun adalag Benteng Ansi.

Maka rakyat mau berkorban untuknya sebagaimana ia juga siap berkorban untuk rakyatnya.

Kedua, peluncuran film ini (pada tahun 2018 lalu) pada dikala dimana dominasi China yang makin menggurita dalam aneka macam bidang kehidupan.

Apakah ini cara Korea untuk merawat kenangan bangsanya biar selalu gesit menghadapi aneka macam bahaya invasi bangsa absurd di dunia modern? Kalau bukan ini, kemudian apa argumentasi yang lain film ini dibuat?

Penulis: Teuku Zulkhairi