Paragraf naratif ialah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada para pembaca suatu kejadian dalam urutan dan kurun waktu tertentu (Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, 189: 136). Titik sentral karangan naratif ialah kisah, melukiskan perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Selain itu adanya tokoh yang dikisahkan, adanya alur/plot dalam penyampaian merupakan ciri yang sanggup dijadikan untuk membedakan karangan naratif dengan bentuk karangan lainnya.
Tujuan dari paragraf narasi ialah menggambarkan suatu kejadian atau kejadian dengan aktual sehingga seperti pembaca melihat dan mengalami sendiri kejadian atau kejadian tersebut. Paragraf naratif seringkali dipakai dalam penulisan prosa dalam karya sastra. Paragraf naratif bisanya mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Perhatikan contoh paragraf narasi berikut.
“Pukul dua malam Marni bangkit. Mula-mula ia berjalan menuju kamar suaminya. Dipandangnya Parta yang tetap tertidur meskipun dengan tarikan-tarikan napas yang berat. Pundak pria itu naik dan agak maju, ciri utama seorang penderita asma. Wajahnya pucat. Tulang pelipis dan tulang pipinya menyembul. Ketika rasa benci mulai merayap di hati Marni, ia berbalik ke dipan sebelah. Di sana kedua anaknya lelap. Kesucian dua bocah itu tergambar pada kedamaian wajah mereka. Marni hanya membetulkan letak selimut anaknya kemudian keluar. Ia masuk ke kamar Tini. Ditatapnya wajah gadis itu lama-lama. Hidung itu persis hidung Karman, juga bibir Tini. “Anakku, kukira benar kata orang. Kau cantik. Mudah-mudahan kamu lebih beruntung dalam hidupmu. Berbahagialah, besok kamu akan bertemu dengan ayahmu. Oh kamu tak tahu siapa bekerjsama yang lebih berhasrat berjumpa dengan ayahmu.” (Ahmad Tohari dalam Novel Kubah) |
Coba perhatikan dan pahami sekali lagi penggalan teks di atas. Penggalan dari novel Kubah di atas ditulis dengan memanfaatkan paragraf naratif.
Dipandangnya Parta yang tetap tertidur meskipun dengan tarikan-tarikan napas yang berat. Pundak pria itu naik dan agak maju, ciri utama seorang penderita asma. Wajahnya pucat. Tulang pelipis dan tulang pipinya menyembul.
Penggambaran penulis perihal seorang penderita asma di atas bisa menciptakan pembaca seperti mengenali sosok Parta yang menderita penyakit asma, selain juga memahami bahwa orang yang berpenyakit asma memiliki bentuk tubuh yang khas. Kemampuan menggambarkan dan menuangkan dalam paragraf naratif ini tidak muncul begitu saja melainkan melalui latihan terus-menerus serta melaksanakan pengamatan yang intens terhadap segala sesuatu yang terjadi baik di sekitar lingkungan kita atau ketika kita berada di tempat lain.
Tulisan narasi sanggup dibedakan menjadi dua, yaitu narasi nonfiksi dan narasi fiksi.
■ Narasi nonfiksi, yaitu karangan yang mengisahkan hal-hal yang nyata, menurut pengalaman atau pengamatan. Contoh: sejarah, biografi (kisah seorang tokoh), atau autobiografi, (kisah pengalaman pengarangnya sendiri).
■ Narasi fiksi, yaitu karangan yang mengisahkan hal-hal yang bersifat khayal atau imajinasi. Contoh: cerpen, novel, dongeng, dan hikayat.
Tulisan narasi ada yang bersifat narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
■ Narasi ekspositoris merupakan narasi yang mengisahkan berlangsungnya suatu kejadian secara informatif sehingga pembaca mengetahui kejadian tersebut secara tepat. Narasi ekspositoris disebut narasi kejadian menyerupai dalam bentuk biografi dan autobiografi.
■ Narasi sugestif berupa narasi yang mengisahkan rangkaian kejadian yang berlangsung dalam kesatuan waktu sehingga sanggup menggugah daya khayal dan memunculkan dorongan perasaan pada pembacanya. Narasi sugestif biasa juga disebut narasi runtun kejadian menyerupai dalam bentuk cerpen dan novel.
Perbedaan Narasi Fiksi dan Narasi Nonfiksi
Perbedaan antara paragraf narasi fiksi dan paragraf narasi nonfiksi sanggup ditinjau dari segi penggunaan bahasa, fungsi dan tujuannya. Berikut ini ialah beberapa perbedaan teks naratif fiksi dan nonfiksi dalam bentuk tabel berikut ini.
Perbedaan Naratif Fiksi dan Nonfiksi
Naratif Fiksi | Naratif Nonfiksi |
Bahasa cenderung figuratif dan menitikberatkan penggunaan konotasi. | Bahasanya cenderung informatif dan menitikberatkan penggunaan makna denotasi. |
Menggugah imajinasi. | Memperluas pengetahuan/wawasan. |
Menyampaikan makna/amanat secara tersirat; sebagai sarana rekreasi rohaniah. | Menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan. |
Contoh Narasi Fiksi dan Nonfiksi
Berikut ini ialah beberapa teladan paragraf narasi fiksi dan nonfiksi, silahkan kalian cermati baik-baik semoga bisa memahami dan membedakan dengan gampang kedua jenis paragraf narasi tersebut.
Contoh Teks Naratif Fiksi 1:
Laksmini menangis terisak di dada Handoko. Ia mencicipi batinnya lelah. Sejak kepulangannya ke tanah air. Sejak informasi selebriti tinggal serumah, Ferry dan artis Nadia. Sejak gempa bergoncang di desa mereka. Sejak ayahnya meninggal. Sejak ibunya cidera dan masuk rumah sakit. Sejak ia merasa tertipu oleh Pak Banu. Dan sekarang, Handoko menyatakan ingin menjadikannya seorang istri. Berbagai perasaan mengharu biru sanubari Laksmini. Rasa kecewa lantaran diingkari, rasa murka lantaran ditipu, rasa duka ayahnya meninggal, rasa cemas ibunya di rumah sakit. Kini mereka akan menuju ke perahu kebahagiaan. |
Contoh Teks Naratif Fiksi 2:
Sebenarnya, keberangkatanku ke Jogja hari ini tak begitu berguna. Pemakaman bapak (angkatku) dilakukan pukul 13.00 siang ini. Tapi, saya tak cukup punya waktu untuk segera pulang. Naik kereta api butuh 6-8 jam, sedang bis atau travel butuh waktu 10-12 jam. Pilihan terakhir tentu saja pesawat terbang. Tapi, jarak tempuh Bekasi - Cengkareng minimal 2 jam, belum macet. Sementara kini sudah pukul 10.00. Perjalanan ke Jogja dengan pesawat memang hanya 1 jam. Paling dari bandara Adi Sucipto ke Kalasan, tinggal 25 menit lagi. Sayangnya, saya tak punya cukup uang untuk bayar tiket pesawat. Dengan terbata, saya katakan pada saudara angkatku, Ehal, supaya merelakan ketidakhadiranku di pemakaman bapak. “Bapak niscaya ngerti, saya tak bisa tiba buru-buru,” kataku pada Ehal. Tentu saja, saya minta maaf pada bapak, alasannya ialah rasanya pahit getir menahan rindu ingin bertemu bapak untuk yang terakhir kali, benar-benar membuatku sesak. Mau menangis, nanti malah merepotkan teman-teman kantor. Laki-laki kok menangis. Maka, saya putuskan untuk pulang malam ini, dengan kereta ekonomi. “Ya, sudah bila tidak bisa pulang sore ini, gak pa pa. Kami di sini tetap menunggu kedatanganmu esok,” jawab Ehal dengan ketegaran luar biasa. |
Contoh Teks Naratif Nonfiksi 1:
Tukiran, 49, warga Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, ditangkap lantaran mengedarkan uang palsu, kemarin. Selain menangkap tersangka, petugas juga menyita barang bukti uang palsu penggalan Rp100 ribu senilai Rp1,5 juta. Tersangka yang berprofesi tukang kayu ditangkap anggota Kepolisian Sektor (Polsek) Trucuk dan kini ditahan di Kepolisian Resor (Polres) Klaten. Penangkapan dilakukan berkat laporan masyarakat perihal beredarnya uang palsu penggalan Rp100 ribu di Desa Kalikebo, Trucuk. Berdasarkan informasi itu Tukiran ditangkap ketika membeli rokok di toko dengan memakai uang palsu penggalan Rp100 ribu sebanyak 15 lembar. Kepada polisi, Tukiran mengaku telah tiga kali mengedarkan uang palsu, yaitu di Kalikebo, Srago, dan Jimbung. Hal itu dilakukan lantaran terdesak kebutuhan untuk membayar angsuran kredit sepeda motor. |
Contoh Teks Naratif Nonfiksi 2:
Minggu, 23 April, Pukul 08.00 pagi, penerima perjalanan ''Susur Sungai Cikapundung'' sudah mulai berkumpul di sekretariat KMPA di Sunken Court W–03. Satu jam kemudian, rombongan berangkat menuju Curug Dago, dengan sedikit naik ke arah hulu di mana perjalanan itu dimulai. Tanpa ragu, penerima mulai menyusuri Cikapundung meskipun ketinggian air hampir mencapai sebatas pinggang. Ketinggian air pun meningkat sekitar 50 cm sesudah hujan deras mengguyur Bandung hampir sehari penuh kemarin, Sabtu 22 April 2006. Hari tersebut bertepatan dengan Hari Bumi. Derasnya air Sungai Cikapundung tidak mengecilkan hati para penerima yang mengikuti program ''Susur Sungai Cikapundung''. Acara ''Susur Sungai Cikapundung'' ini merupakan salah satu program dari serangkaian acara Pekan Hari Bumi se–ITB yang diadakan oleh Unit Kegiatan KMPA (Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam) yang bekerja sama dengan PSIK (Perkumpulan Studi Ilmu Masyarakat). Acara ''Susur Sungai Cikapundung'' ini diikuti oleh 24 orang yang terdiri atas banyak sekali unit acara ITB menyerupai PSIK, KMPA, Teknik Pertambangan, Nymphea, Planologi dan 3 orang pelajar dari Sekolah Menengah Pertama al-Huda dan satu pelajar dari Sekolah Menengah kejuruan Dago. |
Contoh Teks Naratif Nonfiksi 1:
Tukiran, 49, warga Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, ditangkap lantaran mengedarkan uang palsu, kemarin. Selain menangkap tersangka, petugas juga menyita barang bukti uang palsu penggalan Rp100 ribu senilai Rp1,5 juta. Tersangka yang berprofesi tukang kayu ditangkap anggota Kepolisian Sektor (Polsek) Trucuk dan kini ditahan di Kepolisian Resor (Polres) Klaten. Penangkapan dilakukan berkat laporan masyarakat perihal beredarnya uang palsu penggalan Rp100 ribu di Desa Kalikebo, Trucuk. Berdasarkan informasi itu Tukiran ditangkap ketika membeli rokok di toko dengan memakai uang palsu penggalan Rp100 ribu sebanyak 15 lembar. Kepada polisi, Tukiran mengaku telah tiga kali mengedarkan uang palsu, yaitu di Kalikebo, Srago, dan Jimbung. Hal itu dilakukan lantaran terdesak kebutuhan untuk membayar angsuran kredit sepeda motor. |
Contoh Teks Naratif Nonfiksi 2:
Minggu, 23 April, Pukul 08.00 pagi, penerima perjalanan ''Susur Sungai Cikapundung'' sudah mulai berkumpul di sekretariat KMPA di Sunken Court W–03. Satu jam kemudian, rombongan berangkat menuju Curug Dago, dengan sedikit naik ke arah hulu di mana perjalanan itu dimulai. Tanpa ragu, penerima mulai menyusuri Cikapundung meskipun ketinggian air hampir mencapai sebatas pinggang. Ketinggian air pun meningkat sekitar 50 cm sesudah hujan deras mengguyur Bandung hampir sehari penuh kemarin, Sabtu 22 April 2006. Hari tersebut bertepatan dengan Hari Bumi. Derasnya air Sungai Cikapundung tidak mengecilkan hati para penerima yang mengikuti program ''Susur Sungai Cikapundung''. Acara ''Susur Sungai Cikapundung'' ini merupakan salah satu program dari serangkaian acara Pekan Hari Bumi se–ITB yang diadakan oleh Unit Kegiatan KMPA (Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam) yang bekerja sama dengan PSIK (Perkumpulan Studi Ilmu Masyarakat). Acara ''Susur Sungai Cikapundung'' ini diikuti oleh 24 orang yang terdiri atas banyak sekali unit acara ITB menyerupai PSIK, KMPA, Teknik Pertambangan, Nymphea, Planologi dan 3 orang pelajar dari Sekolah Menengah Pertama al-Huda dan satu pelajar dari Sekolah Menengah kejuruan Dago. Para mahasiswa Teknik Planologi 2004, mengikuti kegiatan tersebut dengan semangat menggebu. Mereka tidak menyangka bahwa dengan menyusuri sungai sanggup menjadi ajang rekreasi dari rutinitas sehari–hari. Beruntung, hari itu hujan tidak turun yang sanggup mengakibatkan program menjadi kacau lantaran mengakibatkan naiknya debit air dan menambah derasnya sungai sehingga sanggup membahayakan diri peserta. Selain menyusuri sungai dan melihat secara pribadi kondisi Cikapundung, penerima juga diberikan wacana dan ajang diskusi yang disampaikan oleh Andre, mahasiswa Teknik Planologi 2002, mengenai konsep penataan ruang di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tetap memerhatikan lingkungan. Selain itu, penerima juga diajak untuk mengambil sampah-sampah yang mencemari Sungai Cikapundung. Ajang diskusi ini menjadikan banyak pertanyaan dari penerima perihal bagaimana seharusnya menata tempat sepanjang ajaran sungai semoga tidak merusak lingkungan dan sungai yang ada. Diharapkan dengan adanya program ini para penerima yang ikut sanggup mengetahui kondisi yang bekerjsama dari Sungai Cikapundung dan apa yang terjadi dengan lingkungan di DAS Cikapundung. Selain itu, mudah-mudahan para penerima sanggup tergerak hatinya untuk ebih memerhatikan duduk perkara lingkungan yang terjadi di Bandung, khususnya Sungai Cikapundung. Setelah kurang lebih 4 jam menyusuri Sungai Cikapundung dan berbasah ria, sekitar pukul 14.20 program menyusuri sungai tersebut selesai dan keluar di tempat Ciumbuleuit atas yang kemudian dilanjutkan dengan pawai spanduk dan poster hingga kampus. |
Sumber https://blogbahasa-indonesia.blogspot.com/