Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mendayagunakan bahasa sebagai medianya. Puisi tercipta oleh seseorang yang terlatih dalam olah indra, rasa, pikiran, dan imajinasi. Sekian unsur tadi bergerak bersama. Namun demikian, tidak semua unsur tersebut mempunyai porsi atau andil yang sama dalam melukiskan sebuah puisi. Saat tertentu, indra yang mendominasi dalam melahirkan begitu dan seterusnya. Atas dasar itulah lahir beberapa puisi yang bersifat sebagai berikut.
■ Indratif (gambaran pengindraan, penglihatan, penciuman, pendengaran, dan lain-lain).
■ Sensitif emosional (gambaran kepekaan perasaan).
■ Sensitif intelektual (kepekaan berpikir).
■ Imajinatif (ketajaman daya khayal atau cipta).
Berdasarkan bentuknya, puisi dibedakan atas puisi konvensional (lama) dan puisi inkonvensional (modern/baru). Nah, pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari pengertian, ciri-ciri atau karakteristik, macam-macam, pola serta perbedaan puisi usang dan puisi baru. Untuk itu, silahkan kau simak baik-baik klarifikasi berikut ini.
Pengertian Puisi Lama dan Puisi Baru
Puisi lama atau puisi konvensional merupakan jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi sangat diperhatikan. Dalam hal ini, yang tergolong di dalamnya yaitu jenis-jenis puisi lama, contohnya pantun, syair, gurindam, bidal, talibun, dan banyak lagi yang lainnya.
Puisi baru atau puisi modern atau puisi inkonvensional yaitu bentuk puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan-aturan yang mengikat puisi usang sehingga cenderung lebih bebas. Puisi gres berkembang dari puisi usang yang telah menerima efek dari luar, puisinya tidak terikat oleh hukum rima, jumlah baris, atau jumlah kata. Meskipun demikian, baik puisi usang maupun puisi gres di dalamnya masih terkandung ritme, rima dan musikalitas.
Ciri-Ciri Puisi Lama dan Puisi Baru
Ciri-ciri atau karakteristik dari puisi usang antara lain sebagai berikut.
● Terikat hukum atau pola tertentu.
● Umumnya merupakan puisi rakyat.
● Biasanya nama pengarang tidak diketahui.
● Umumnya merupakan sastra lisan.
● Disampaikan dari verbal ke mulut.
Sedangkan ciri-ciri atau karakteristik puisi gres antara lain sebagai berikut.
● Tidak terikat oleh banyak sekali aturan-aturan rima dan hukum puisi usang lainnya.
● Diketahui nama pengarangnya.
● Perkembangan secara lisan dan tertulis.
● Penggunaan majas yang dinamis/berubah-ubah.
● Biasanya menceritakan wacana kehidupan.
● Lebih banyak menggunakan sajak pantun dan syair.
● Bentuk yang lebih rapi dan sejajar.
● Rima simpulan yang biasanya teratur.
● Setiap barisnya merupakan kesatuan sintaksis.
● Bentuknya rapi dan biasanya simetris.
● Mempunyai persajakan yang teratur di akhir.
● Kebanyakan mempergunakan pola sajak pantun dan syair.
● Sebagian besar puisi empat seuntai.
● Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra atau dengan istilah laih sebagai kesatuan sintaksis.
● Tiap gatranya terdiri atas dua kata dengan 4-5 suku kata.
Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru
Secara umum perbedaan antara puisi usang dan puisi gres sanggup ditinjau dari segi irama, bentuk, penulis/pengarang, penyebaran, serta isinya. Berikut ini tabel perbedaan antara puisi usang dan puisi baru.
No. | Perbedaan | Puisi Lama | Puisi Baru |
1. | Irama | Tetap, yaitu dua patah kata dalam sekali ucap. | Dinamis, mengikuti pikiran dan perasaan penulis. |
2. | Bentuk | Terikat oleh aturan | Bebas, tidak terikat aturan |
3. | Penulis | Tidak dikenal | Dikenal |
4. | Persebaran | Secara lisan | Secara lisan dan tulisan |
5. | Isi | Biasanya berupa nasihat | Curahan hati penulis |
Jenis-Jenis Puisi Lama dan Puisi Baru Beserta Contohnya
Jenis-Jenis Puisi Lama
1. Pantun
Pantun yaitu bentuk puisi usang yang mempunyai sajak a-b-a-b. Dengan penggunaan sajak tersebut, tentu pantun sangat simpel dikenali. Dahulu pantun menjadi salah satu bentuk komunikasi antar orang baik melalui berbalas pantun atau melalui lagu. Perhatikan pola pantun berikut ini.
Berakit-rakit ke hulu | Sampiran |
Berenang-renang ke tepian | |
Bersakit-sakit dahulu | isi |
Bersenang-senang kemudian |
Dari mana datangnya lintah Dari sawah turun ke kali Dari mana datangnya cinta Dari mata turun ke hati |
Dari pola pantun di atas, maka pantun mempunyai ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut.
● Bersajak silang (a-b-a-b)
● Terdiri dari empat baris dalam satu bait
● Tiap baris terdiri dari delapan hingga dua belas suku kata
● Baris pertama dan kedua merupakan sampiran
● Pantun bersifat curahan perasaan atau pikiran
● Beris ketiga dan keempat merupakan isi
Berdasarkan isinya, pantun sanggup dibedakan menjadi beberapa macam yaitu pantun jenaka, pantun teka-teki, pantun nasihat, pantun adat, pantun agama, pantun dagang, dan pantun remaja. Berikut ini pola masing-masing jenis puisi tersebut.
Pantun Jenaka | Pantun Teka-Teki | |
Ambil segulung rotan saga Sudah diambil mari diurut Duduk melongo harimau tua Melihat kambing mencabut janggut | Burung nuri burung dara Terbang ke sisi taman kayangan Cobalah tebak wahai saudara Makin di sisi makin ringan | |
Puisi Nasihat | Puisi Adat | |
Kalau keladi sudah ditanam Jangan lagi meminta talas Kalau budi sudah ditanam Jangan lagi meminta balas | Berek-berek turun ke semak Dari semak turun ke padi Dari nenek turun ke mamak Dari mamak turun ke bumi | |
Pantun Agama | Pantun Dagang | |
Cari lebah bersarang besar Jangan tersengat racun berbisa Janji Allah yaitu benar Jangan tertipu kehidupan dunia | Hari gelap jangan bingung Niscaya kita cepat tidur Hati siap alasannya untung Jangan alpa panjatkan syukur | |
Pantun ramaja | ||
Bukan kacang sembarang kacang Kacang melilit kayu jati Bukan tiba sembarang datang Datang melihat isi jantung hati |
2. Mantra
Mantra yaitu puisi usang yang umumnya digunakan dalam upacara susila atau keagamaan. Mantra biasanya mengandung nilai atau kekuatan magis sehingga sanggup menjadikan imbas atau kesan tertentu kalau dibaca atau diucapkan. Beberapa ciri-ciri mantra antara lain sebagai berikut.
● Bersifat sakti
● Bersajak abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde
● Menggunakan bahasa khusus yang bersifat esoferik
● Cenderung lebih bebas dalam hal suku kata, baris atau sajak
● Biasanya digunakan dalam upacara keagamaan
Contoh mantra yaitu sebagai berikut.
Hai yang kuasa berotot besi Bangunlah dengan kekuatan besimu itu Wahai raja basa basi Yang duduk dikerajaan paling tinggi Bersandar ditiang besi Memintamu untuk memperlihatkan insan Kuminta insan sedikitmu Agar mendapatkan kekuatan otot besimu |
3. Syair
Syair yaitu bentuk puisi usang yang terdiri dari empat baris isi dan mempunyai sajak aaaa. Syair berasal dari Arab dan umunya berisi wacana kisah inspiratif atau nasihat. Adapun ciri-ciri syair antara lain sebagai berikut.
● Terdiri dari empat baris
● Bersajak aaaa
● Semua baris merupakan isi
● Umumnya berisi nasihat
Contoh syair yaitu sebagai berikut.
Dengarkan wahai manusia, Syair sederhana yang pernah ada, Dalam dunia yang fana, Mengenai penderitaan semua manusia, Hidup ini hanya untuk beribadat, Tidak hanya untuk melaksanakan maksiat, Janganlah mengumbar syahwat, Lakukanlah ibadah yang taat, Jangan lupa untuk sholat, Agar menjadi insan yang bermanfaat, Jangan lupa zakat dan sholawat, Untuk mengaharapkan akhirat, Tuhan tak pernah tidur, Agar insan simpel diatur, Tuhan menciptakan hidup manusianya makmur, Agar kita selalu akur, Jangan lupa ketika kita bahagia, Apalagi ketika mengalami duka, Karena tuhan selalu ada, Sebab Tuhan selalu mejaga umat umat-Nya, Ya Allah ya Tuhan kami, Ampunilah segala dosa kami, Berilah segala pentunjuk untuk kami, Untuk mendapatkan ridho Illahi, |
4. Gurindam
Gurindam yaitu bentuk puisi usang yang terdiri dari dua baris tiap bait dan bersajak aa. Sama ibarat syair, gurindam juga berisi hikmah atau petuah. Adapun ciri-ciri gurindam antara lan sebagai berikut.
● Terdiri dari dua baris
● Bersajak aa
● Biasanya berisi hikmah atau petuah
● Baris pertama merupakan masalah atau masalah
● Baris kedua berisi tanggapan atau akibat
Contoh gurindam yaitu sebagai berikut.
Saat muda tidak sembahyang Ketika renta akan terguncang Jika tidak hormat kepada orang tua Akan dijauhkan dari pintu surga Sudah pagi masih tidur Maka rejeki akan terkubur Jangan suka bersikap kufur Maka hidupmu tidak akan makmur |
5. Seloka
Seloka yaitu pola puisi usang yang berasal dari Melayu. Seloka disebut juga pantun berkait karena pantun ini terdiri atas beberapa bait yang sambung-menyambung. Hubungannya sebagai berikut: Baris kedua dan baris keempat pada bait pertama digunakan kembali pada baris pertama dan ketiga pada bait kedua. Demikian pula hubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya.
Seloka digunakan untuk keperluan menyindir, bersendau gurau atau mengejek yang diungkapkan dalam sebuah perumpamaan. Contoh seloka yaitu sebagai berikut.
Sarang garuda di pohon beringin Buah kemuning di dalam puan Sepucuk surat dilayangkan angin Putih kuning sambutlah Tuan Buah kemuning di dalam puan Dibawa dari Indragiri Putih kuning sambutlah Tuan Sambutlah dengan si tangan kiri Dibawa dari Indragiri Kabu-kabu dalam perahu Sambutlah dengan si tangan kiri Seorang makhluk janganlah tahu |
6. Karmina
Karina disebut juga pantun kilat. Jenis puisi usang ini mempunyai isi yang sangat pendek dan digunakan untuk keperluan menyindir. Sajak karmina mempunyai pola yang lurus atau aa. Beriku ini yaitu pola karmina.
Gendang gendut, tali kecapi Kenyang perut, senanglah hati Pinggan tak retak, nasi tak ingin Tuan tak hendak, kami tak ingin Sudah gaharu, cendana pula Sudah tahu, bertanya pula |
7. Talibun
Talibun yaitu pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yaitu terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun itu terdiri atas enam baris, tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikutnya merupakan isi.
Contoh talibun enam baris:
Selasih di rimba Jambi Rotan ditarik orang Pauh Putus akarnya di jerami Kasih pun gres dimulai Tuan bawa berjalan jauh Itu menghina hati kami |
Contoh talibun delapan baris:
Pasir bulan dalam perahu Berlabuh wacana kerikil bara Berkiawan kemudian ke tepian Ketika menghadap kemudinya Kasih tuan hambalah tahu Bagai orang menggenggam bara Rasa hangat dilepaskan Begitu benar malah kiranya |
Contoh talibun sepuluh baris:
Ditatah sarat bunga kondai Bertikam berhulu gading Terang bertirai sutra Bersulam bersuji manik Rendah beri berturab Kebesaran basa nan empat balai Tuan Pagi di padang ganting Tuan Indomo di Siiroso Datuk Machndun di Si Manik Bendahara di sungai Tarab |
8. Bidal
Bidal merupakan jenis peribahasa yang mempunyai arti lugas, mempunyai rima dan irama, sehingga sering digolongkan ke dalam bentuk puisi. Dalam kesusastraan Melayu, bidal yang mengandung kiasan, sindirin atau pengertian tertentu. Bidal termasuk salah satu jenis sastra yang tertua. Secara teoritis, makna bidal seringkali disamakan dengan pepatah atau ungkapan. Dalam kehidupan sehari-hari, bidal mempunyai fungsi sebagai berikut.
● Sebagai media komunikasi.
● Sebagai media pengajaran dan pendidikan.
● Sebagai media untuk mengkritik.
● Sebagai media untuk mengontrol dalam masyarakat.
● Sebagai media untuk memperlihatkan kebijaksanaan.
● Sebagai media untuk melihat dan mengukur status seseorang
Contoh bidal yaitu sebagai berikut.
Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau. Ada ubi ada talas, ada budi ada balas. Tulus tangan dilakukan, lulus kata dilangkahkan. |
Jenis-Jenis Puisi Baru Berdasarkan Isinya
Berdasarkan isinya, puisi gres dibagi menjadi beberapa macam yaitu epigram, orde, hymne, balada, elergi, satire, dan romansa. Berikut ini klarifikasi jenis-jenis puisi gres berdasarkan isinya tersebut serta contohnya.
1. Balada
Balada yaitu pola puisi gres yang menceritakan kisah tertentu. Balada mempunyai ciri-ciri yaitu terdiri atas 3 bait dalam satu puisi, setiap bait terdiri dari 8 baris, mempunyai pola rima ababbccb kemudian berkembang menjadi ababbcbc. Adapun pola balada yaitu sebagai berikut.
Ibu burung dalam sebuah cemara Dua anaknya saling menemani Malampun tiba untuk menemaninya Saat itulah mereka membisu dalam sunyi Matanya berbinar meminta dukungan kami Pergilah ia menelusuri setiap desa desa Mempertaruhkan nyawanya Untuk mempertaruhkan sesuap nasi Sesuap nasi untuk anak anaknya Demi tumbuh kembang burung burung mungil ini Nyawanya menjadi taruhannya Anak anaknya mendapatkan makanan dengan senang hati Tanpa ada perasaan iri Itulah usaha ibu didesa Hanya untuk mengambil makanan ini Demi mereka dan anak anaknya |
2. Hymne
Hyme merupakan bentuk puisi berupa pujian-pujian yang diberikan kepada dewa, Tuhan, tanah air, pahlawan, maupun almamater. Biasanya hymne dinyanyikan dengan irama yang sesuai. Contoh hymne yaitu sebagai berikut.
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku Sebagai prasasti terima kasihku Tuk pengabdianmu Engkau sebagai pelita dalam kegelapan Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan Engkau patriot hero bangsa Tanpa tanda jasa |
3. Orde
Orde sama ibarat hymne alasannya di dalamnya terdapat kebanggaan ataupun sanjungan. Puisi ini menggunakan bahasa yang resmi namun tetap anggung. Contoh orde yaitu sebagai berikut.
Sahabatku... Temanku dalam susah maupun senang Penghibur ketika ku sedih Kau sirnakan segala dukaku ini Kau temani setiap langkahku Kau temani pula dikala sedang suka Sungguh baik hatimu Sungguh besar segala pertolonganmu Sungguh nrimo hatimu Jasamu akan kuingat selalu Takkan hilang hingga terkekang waktu Takkan hilang dari habisnya jaman Sahabatku... Terima kasih kuucapkan untukmu |
4. Epigram
Epigram merupakan jenis puisi yang berisi tuntutan hidup. Contoh epigram yaitu sebagai berikut.
Hari ini tak ada kawasan lagi untuk bersembunyi Tak ada lagi untuk berlari meminta dukungan kesana kemari Semua sudah terlambat Jasa jasa penolongku Jasa jasa yang menyinariku Pergi tiada henti Penyesalanku tiada henti Barulah sadar dunia yang tak konkret ini (mengingatkan kita untuk selalu bersedekah kepada orang lain selama kita masih hidup) |
5. Romansa
Kata romansa berasal dari bahasa Prancis yaitu romantique yang berarti sifat indah dalam perasaan. Sesuai namanya, jenis puisi ini mengungkapkan rasa kasih sayang dan rasa indah sebagai lambang keindahan. Contoh romansa yaitu sebagai berikut.
Hidup ini antara kau dan aku Tiada orang lain diantara kita Aku ialah kamu Kamu ialah aku Hidupku yaitu bersamamu Senyummu ialah kebahagiaanku Sedihmu ialah sakitku Cintamu yaitu anugerahku Karena kau... Adalah kisah hidupku |
6. Elergi
Berbeda dengan romansa, elergi merupakan jenis puisi yang berisi kesedihan. Jenis puisi ini merupakan wujud ungkapan kerinduan, kesedihan, duka, maupun kepergian seseorang yang tidak pernah kita inginkan. Contoh elergi yaitu sebagai berikut.
Dalam perjalanan hidupku Aku bersedih karenamu Dalam lubuk hatiku Aku selalu mengingatmu Dalam ratapan tangisanku Aku menyesal karenamu Merenung atas segala perbuatanku kepadamu Sesalku dan sedihku Tiada lagi yang sanggup kulakukan Kumohon... Kembalilah... Kembali kepelukanku |
7. Satire
Satire yaitu jenis puisi yang berisi sindiran khusus ditujukan kepada orang-orang tertentu yang mempunyai kedudukan atau jabatan tinggi. Contoh satire yaitu sebagai berikut.
Lihatlah kami yang dibawahmu Lelah dan letih yaitu sahabat kami Kerja keras yaitu kesetiaan kami Kurang ialah lebih kami Kesusahan yaitu kami setiap hari Dirimulah Yang senang diatas penderitaan kami Bersenang senang diatas kerja keras kami Berlebih lebihan diatas kurangnya kami Kau tak pernah melihat kearah kami Tak pernah peduli kepada kami Kau bergembira diatas kesengsaraan kami Kau tak berpihak kepada kami Diatas bumi ini Kezhaliman terjad |
Jenis-Jenis Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, puisi gres dibagi menjadi beberapa jenis yaitu distikon, terzina, kuatrain (kuartet), kuint (quin), sektet, septime, oktaf (stanza), dan soneta. Berikut ini klarifikasi dan pola masing-masing jenis puisi gres tersebut.
1. Distikon
Distikon yaitu puisi yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris atau dengan istilah lain disebut puisi 2 seuntai. Contoh distikon yaitu sebagai berikut.
Berkali kita gagal Ulangi lagi dan cari akal Berkali-kali kita jatuh Kembali bangun jangan mengeluh |
2. Terzina
Terzina hampir serupa dengan distikon yaitu puisi yang tiap baitnya terdiri dari 3 baris atau dengan istilah lain puisi 3 seuntai. Contoh terzina yaitu sebagai berikut.
Dalam ribaan senang datang Tersenyum bagai kencana Mengharum bagai cendana Dalam bah’gia cinta tiba melayang Bersinar bagai matahari Mewarna bagaikan sari |
3. kuatrain
Kuatrain juga hampir sama dengan distikon dan terzina yaitu pada baitnya terdiri atas 4 baris atau disebut puisi 4 seuntai. Contoh kuatrain yaitu sebagai berikut.
Mendatang-datang jua Kenangan masa lampau Menghilang muncul jua Yang dulu sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda usang lalu Membuat hati jua Layu lipu rindu-sendu |
4. Kuint
Kuint yaitu jenis puisi gres yang terdiri atas 5 baris atau disebut juga puisi 5 seuntai. Contoh kuint yaitu sebagai berikut.
Setiap detik langkahku Ku selalu melihatmu Perjalanan ini Karena hanya wajahmu yang terlihat Suami terbaikku |
5. Sektet
Sektet yaitu puisi gres yang terdiri atas 6 baris atau puisi enam seuntai. Contoh sektet yaitu sebagai berikut.
Merindu Bagia Jika hari’lah tengah malam Angin berhenti dari bernapas Sukma jiwaku rasa tenggelam Dalam bahari tidak terwatas Menangis hati diiris sedih |
6. Septime
Septime yaitu puisi yang terdiri atas 7 baris atau puisi tujuh seuntai. Contoh septime yaitu sebagai berikut.
Ku mencarimu Mencari setiap langkahmu Kau ada dimana Kenapa sulit sekali untuk bertemu denganmu Ku mengharapkanmu Tuk selalu berjalan bersama Mengaharapkan cintamu |
7. Oktaf atau Stanza
Oktaf yaitu puisi yang tiap baitnya terdiri dari 8 baris atau puisi 8 seuntai. Contoh oktaf atau stanza yaitu sebagai berikut.
Awan tiba melayang perlahan Serasa bermimpi, serasa berangan Bertambah lama, lupa di diri Bertambah halus kesudahannya seri Dan bentuk menjadi hilang Dalam langit biru gemilang Demikian jiwaku lenyap sekarang Dalam kehidupan teguh tenang |
8. Soneta
Soneta merupakan jenis puisi gres yang terdiri dari 14 baris, terbagi menjadi dua bagian, yaitu potongan pertama terdiri atas 2 bait yang masing-masing bait terdiri dari 4 baris. Lalu potongan kedua terdiri atas 2 bait yang masing-masing bait terdiri dari 3 baris. Contoh soneta yaitu sebagai berikut.
Perasaan siapa ta ‘kan nyala Melihat anak berelagu dendang Seorang saja di tengah padang Tiada berbaju buka kepala Beginilah nasib anak gembala Berteduh di bawah kayu nan rindang Semenjak pagi meninggalkan kandang Pulang ke rumah di senja kala Jauh sedikit sesayup sampai Terdengar olehku suara serunai Melagukan alam nan montok permai Wahai gembala di segara hijau Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau Maulah saya menurutkan dikau |