6 Langkah Gampang Menciptakan Puisi Bagi Pemula Dan Misalnya Lengkap

Menulis puisi bekerjsama tidak terlalu sulit. Hampir mirip dengan acara menulis teks bacaan biasa. Yang membedakan yaitu puisi ditulis dengan baris-baris kata yang mempunyai ikatan tertentu (suku kata, rima, irama, diksi, dan bait). Nah pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari tips dan trik gampang dalam membuat sebuah puisi khusus bagi pemula.
Menulis puisi bekerjsama tidak terlalu sulit 6 Langkah Praktis Membuat Puisi Bagi Pemula dan Contohnya Lengkap
Namun sebelum hingga ke langkah-langkah atau tahapannya menulis puisi, kalian harus terlebih dahulu memahami ihwal proses pemusatan dan pemadatan dalam penulisan puisi berikut ini. Silahkan kalian simak baik-baik dan semoga bisa paham.
Proses Pemusatan dan Pemadatan dalam Penulisan Puisi
Karya sastra puisi berbeda dengan karya sastra prosa. Karya sastra puisi bersifat pemusatan (konsentrif) dan pemadatan (intensif). Pengarang tidak menjelaskan secara terperinci apa yang ingin diungkapkannya. Pengarang hanya mengutarakan apa yang berdasarkan perasaannya atau pendapatnya merupakan belahan yang pokok atau penting saja.

Pengarang mengadakan konsentrasi dan intensifikasi atau pemusatan dan pemadatan, baik pada problem yang akan disampaikannya maupun juga pada cara penyampaiannya. Dalam karya sastra puisi akan terasa penghematan unsur-unsur bahasa. Kata-kata yang tidak berfungsi benar mendukung makna akan dihilangkan, demikian pula halnya dengan gejala baca hampir dihilangkan.

Akibat dari perjuangan intensifikasi tersebut, yang menjadi perhatian pengarang dalam menulis puisi yaitu suara bahasa dan bentuk. Dalam menentukan kata-kata pengarang tidak hanya mendasarkan pada artinya saja tetapi juga memperhatikan nilai ”rasa”; yaitu efek yang mungkin sanggup ditimbulkan oleh unsur-unsur suara bahasa tersebut.

Penyusunan kata-kata atau baris-baris kalimat bukan hanya terbatas pada indahnya bentuk, melainkan juga pada efek pada makna puisinya. Perhatikan proses penulisan puisi berikut!
Perasaan yang ingin diungkapkan dalam bentuk prosa sebagai berikut.
Tuhanku!
Sekarang ini saya dalam keadaan terdiam galau dan gundah
Tetapi saya tetap berusaha menyebut nama-Mu

Biarpun kini ini saya merasa sungguh-sungguh susah, saya tetap berusaha untuk mengingat-Mu dengan segenap kekuatan hatiku.

Dari uraian perasaan di atas, pengarang melaksanakan pemadatan dan pemusatan. Kata-kata yang tidak mendukung makna dibuang, suara kata yang tidak mempunyai nilai ”rasa” diganti atau diubah tata letaknya, sehingga mirip berikut.
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh

Melihat contoh proses penulisan puisi mirip di atas, bisakah kau melukiskan perasaan kau dalam bentuk puisi? Untuk lebih memahami proses pemusatan dan pemadatan kata, silahkan kalian kerjakan latihan soal berikut ini.
Latihan Pemusatan dan Pemadatan dalam Penulisan Puisi
1. Coba lakukan pemadatan dan pemusatan berdasarkan ungkapan perasaan berikut sehingga menjadi bentuk baris-baris puisi!
2. Kata-kata yang tidak mendukung makna dihilangkan atau dibuang.
3. Dalam proses pemadatan dan pemusatan ini, boleh sedikit merubah susunan kata atau mengganti kata lain yang mengandung arti yang sama.
Uraian Ungkapan Perasaan
Proses Pemadatan dan
Pemusatan
Apakah kita bangga terhadap bangsa ini, yang begitu ngetop dengan isu TKW-nya yang diperkosa, disiksa, dan digantung di negara tetangga tanpa bisa berbuat apa-apa.

Apakah suatu kemajuan kalau ribuan generasi penerus bangsa ini berbondong-bondong mencari kerja ke negeri orang.

Katanya bangsa kita ini bangsa yang besar! Apakah harus besar pula penganggurannya? Harus besar pula uang yang dikorupsi para pemimpinnya? Harus orang besar saja yang sanggup perlindungan, ketenangan, kesejahteraan di negeri ini?

Satu lagi pertanyaanku, apakah kita harus berbesar hati dan bangga pada bangsa ini? Sedangkan para pemimpinnya tidak punya hati yang sanggup dibanggakan dan dibesarkan.


Langkah-Langkah Menulis Puisi
Puisi merupakan salah satu jenis dari karya sastra yang mempunyai sistematika penulisan khas dengan larik-larik yang membentuk bait serta dirangkai dalam beberapa unsur. Unsur dalam puisi mencakup diksi, gaya bahasa, citraan, perasaan, nada, amanat dan tema.

Selain proses pemadatan dan pemusatan, dalam menulis puisi juga kita perlu menyusun kerangka karangan. Perhatikan tahapan atau langkah-langkahnya berikut ini.
#1 Menentukan Tema Puisi
Tema puisi merupakan pokok permasalahan yang ingin diungkapkan oleh pengarang dalam suatu puisi secara keseluruhan. Dengan kata lain, tema puisi merupakan dasar kisah atau titik tolak pengarang dalam menyusun suatu puisi. Tema-tema puisi yang sering dipakai oleh pengarang di antaranya protes, humanisme, religius, kritik, tanah air, alam, pendidikan, persahabatan, percintaan, kesedihan, kebahagiaan, kepahlawanan dan sebagainya.

Berikut ini yaitu beberapa contoh puisi dengan tema tanah air, keindahan alam, persahabatan dan pendidikan.
Puisi Bertema Tanah Air
Potret Negeri

Aku berdiri tegap menatap langit bangsaku,..biru, abu-abu,..lalu menghitam
Lukisan indah negeri ini bermetamorfosis pemandangan penuh haru
Di setiap sudut bumi pertiwi menangis,..sedu sedan,..
Perut membuncit, raga hanya tersisa tulang yang sebentar lagi akan patah

Ibu pertiwi,.. saya tak pernah lagi melihat senyum indahmu
Tak jua kembali saya mendengar petuah-petuahmu
Yang ada kini kau diam diantara keluh kesah anak negeri ini
Yang semakin hari semakin membuatmu nelangsa

Tanah airku tak lagi punya belantara, maritim melepas, atau gunung menjulang
Panas, datar, bah, api, semuanya kini jadi warnamu
Menangisku hampir memperabukan pelupuk mata,..pilu,..sendu,..
Sementara sanubariku terpekur, tak sanggup lagi menatap dunia

Ibu pertiwi tiba-tiba menamparku, berkali-kali dan bertubi-tubi !
Sakit, perih, tapi saya mencicipi kasih yang selama ini hilang ditelan kesombongan pangkat
Mataku terbelalak ketika hutanku terbakar, gunungku meletus, dan lautku tercemar
Bah menelan daerah tinggal kami, asap membumbung menyesakkan dada

Rasanya mirip tak ada lagi waktu untukku terisak kembali
Menatap negeri tercinta dalam bulat kehancuran
Indonesia, saya tak ingin kehilangan tanah kelahiranku
Tanah yang akan dan selamanya menjadi tumpah darahku

Puisi Bertema Alam
Keindahan Alam Ini

Kicauan burung terdengar begitu merdu
Menandakan adanya hari baru
Keindahan alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku

Kupejamkan kedua mataku sejenak
Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk, tenang, senang sanggup kurasakan
Membuatku mirip melayang kegirangan

Wahai sang pencipta alam
Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga tiba malam
Pesonanya tak pernah padam

Desiran angin yang berirama di pegunungan
Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Terlihat begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga

Keindahan alam terasa sempurna
Membuat semua orang terpesona
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya

Agar keindahannya takkan pernah sirna

Puisi Bertema Sahabat
Persahabatan

Sahabat bagaikn tempatku untuk berteduh..
Ketika diriku terkena air mata dalam kesedihanku,
disanalah diriku bisa mengembangkan kisah ihwal hidupku, yang tak pernah saya dapatkan dtempat lain…
hanya sahabatlah yang bisa mengerti dan pahami,
apa yang sedang saya alami ketika ini,..

tanpa sahabat,..
bagai jiwa yang terlepas dari ragaku,..
membuat ragaku tak bisa bergerak dalam setiap langkahku..
persahabatan ini kan abadi..
meski didunia ini tak kan ada yang abadi..

Puisi Bertema Pendidikan
Sekolahku

detik demi detik tiba silih berganti
menitpun ikut berlari
haripun silih berganti
bulan ikut meniti

tahunpun tak kuasa kuhindari
pergantian masa hingga kini dipundakku menempel sebuah tas sekolah
dibahuku terpasang bet sekolah
disakuku logo sekolahpun tak tertinggal

surga masa depan ada di benakku
karena pendidikan yaitu kekuatanku
dan buku pelajaran enggan pisah denganku, sekolahku,..

pengabdianku,
ilmuku,
kucurahkan semuanya untukmu
semoga memenuhi pialamu

#2 Menentukan Bentuk dan Struktur Puisi
Bentuk dan struktur puisi sanggup mengidentifikasi makna puisi yang ingin diungkapkan pengarang. Ditinjau dari bentuk dan isinya, puisi sanggup dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
 Puisi epik yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung kisah kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berafiliasi dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Puisi epik dibedakan menjadi folk epic, yakni kalau nilai simpulan puisi itu untuk dinyanyikan, dan leterary epic, yakni kalau nilai simpulan puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya.
 Puisi naratif yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, menjadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian insiden tertentu yang menjalin suatu cerita. Jenis puisi yang termasuk dalam jenis puisi naratif ini yaitu balada yang dibedakan menjadi folk ballad dan literary ballad.
Ini yaitu ragam puisi yang berkisah ihwal kehidupan insan dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedengkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif yaitu poetic tale, yaitu puisi yang berisi dongeng-dongeng rakyat.
 Puisi lirik yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern di Indonesia. Misalnya, dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan lain-lain.
 Puisi dramatik yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan sikap seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik sanggup saja penyair berkisah ihwal dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog.
 Puisi didaktik yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit.
 Puisi satirik yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik ihwal kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.
 Romance yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.
 Elegi yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.
 Ode yakni puisi yang berisi kebanggaan terhadap seseorang yang mempunyai jasa ataupun sikap kepahlawanan.
 Hymne yakni puisi yang berisi kebanggaan kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air.

Bait dalam Puisi
Bait juga merupakan struktur dasar dalam sebuah puisi. Bait merupakan satuan yang lebih besar dari baris yang ada dalam puisi. Bait merujuk pada kesatuan larik yang berada dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya. Dalam puisi, keberadaan bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak.
Perhatikanlah puisi "Isa" karya Chairil Anwar berikut.
Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: saya salah?

Puisi Chairil Anwar tersebut terdiri atas enam bait, tiga di antaranya merupakan bait yang hanya terdiri atas satu larik puisi tersebut. Salah satunya terdapat dalam penggalan tersebut, yakni bait "mendampar tanya: saya salah?" Peranan bait dalam puisi yaitu untuk membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.

Pada sisi lain, bait juga berperan membuat tipografi puisi. Selain itu, bait juga berperanan dalam menekankan atau mementingkan suatu gagasan serta memperlihatkan adanya loncatan-loncatan gagasan yang dituangkan penyairnya. Sekarang, dengan terperinci kalian sanggup mengetahui bahwa bait-bait dalam puisi sanggup diibaratkan sebagai suatu paragraf karangan yang paragraf atau baitnya telah mengandung pokok-pokok pikiran tertentu.

#3 Pilihan Kata/Diksi
Bagi penyair kata bukan hanya sekedar mengandung arti, tetapi mengandung nilai. Oleh alasannya itu, dalam menulis puisi diharapkan pilihan kata yang tepat. Gunakanlah kata kongkret, tidak sekedar nyata atau jelas, tetapi juga padat.

Diksi merupakan pilihan kata. Seorang penyair tentu akan mempertimbangkan pemilihan kata yang tepat untuk puisi yang akan ditulisnya. Pertimbangan kata itu mencakup makna, komposisi bunyi, rima dan irama. Umumnya pilihan kata dalam puisi bersifat konotatif, yakni mempunyai kemungkinan makna lebih dari satu.

Kata-kata dalam puisi juga bersifat puitis, alasannya mempunyai imbas keindahan dan berbeda dari kata-kata yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam puisi “Lagu Pekerja Malam” Goenawan Muhammad menulis kata-kata berbunyi: lagu pekerja malam/disayup embun/Antara dinamo menderam/Pantun demi pantun.

Kata-kata dalam puisi tersebut tidak bisa dibolak-balik urutannya atau salah satu kata diganti dengan kata lain yang bermakna sama: nyanyian pekerja malam/Antara dinamo menderu. Penggantian urutan kata dan penggantian kata-kata akan merusak susunan puisi dan menghilangkan aspek keindahan puisi.

#4 Gunakan Daya Imajinasi dalam Penyajian
Gunakan daya imajinasi atau daya bayang kalian dalam penyajian puisi. Segala sesuatu yang pernah menyentuh perasaan kalian, singgah dan tersimpan dalam pikiran kalian, ungkapkan dalam bentuk pilihan kata, atau susunan kata yang tepat dengan mempertimbangkan nilai rasa atau estetik kata. Kata yang kalian pilih harus sanggup mewakili perasaan: senang, sedih, kecewa, marah, dan lain-lain yang terlintas dalam imajinasi kalian.

#5 Gunakan Gaya Bahasa atau Majas

Puisi merupakan salah satu genre sastra Indonesia, selain prosa dan drama. Puisi digolongkan ke dalam sastra imajinatif. Perbedaan dengan prosa yaitu pada penggunaan bahasa. Pada puisi, unsur bahasa dipergunakan semaksimal mungkin, baik dalam arti, intensitas, irama, maupun suara katanya.

Bahasa pada puisi yaitu bahasa yang berkembang dan multimakna. Sementara itu pada bahasa prosa lebih menjurus kepada satu, mirip yang dimaksud kan pengarangnya. Perhatikanlah contoh penggunaan bahasa dalam puisi berikut.
Petani
Punggungnya landasan matahari
di atasnya kota demi kota berdiri
Di punggungnya surya besar menempa hari
jadi zaman berangkai zaman
Di punggungnya sejarah membuka jalan, jembatan abadi
bagi peradaban demi peradaban
Peradaban pertama ditulis dengan cangkul
di zaman purbani
Peradaban pertama dirintis dengan cangkul
diayunkan petani

Jika kalian perhatikan, puisi tersebut mempunyai tema pertanian. Puisi tersebut membahas jerih payah dan kerja keras petani. Seperti yang telah dipelajari sebelumnya, tema merupakan gagasan pokok yang menjadi dasar pijakan sebuah karya. Bahasa yang dipakai dalam puisi tersebut yaitu bahasa yang sudah sering kalian dengar, mirip kata punggung, matahari, hari, zaman, sejarah, jalan, dan cangkul.

Namun, ketika kata-kata tersebut dirangkaikan dalam larik-larik puisi, maka menjadi lebih bermakna dan mempunyai maksud yang lebih mendalam. Inilah yang disebut dengan gaya bahasa (majas). Gaya bahasa ialah cara memakai bahasa biar daya ungkap atau daya tarik puisi bertambah, mirip pada larik Punggung landasan matahari / di atasnya kota demi kota berdiri//.

Ada beberapa bentuk gaya bahasa (majas) yang sanggup kalian gunakan, di antaranya sebagai berikut.
 Majas perumpamaan adalah majas yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, namun dianggap sama.
Contoh: sikapnya mirip air damai menghanyutkan.
 Majas metafora adalah perbandingan yang implisittanpa kata seperti, sebagai, atau laksana di antara dua hal yang berbeda.
Contoh: punggungnya landasan matahari.
 Majas personifikasi adalah majas yang melekatkan sifatsifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ilham yang abstrak.
Contoh: bumi mengasuh umat manusia.
 Majas hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan.
Contoh: badannya kurus kering tiada daya alasannya kekurangan pangan.
 Majas litotes adalah majas yang dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dalam bentuk yang negatif.
Contoh: Shakespeare bukanlah dramawan picisan.
 Majas pararelisme adalah majas yang mengulang isi kalimat dengan kalimat lain yang sama.
Contoh: Segenap daratan telah kujalani, segenap lautan telah kuarungi.
 Majas enumerasi adalah majas yang menawarkan intensitas dengan memerinci masalah.
Contoh: Dalam suka, dalam sedih bahkan saya kecewa padamu saya tetap setia.
 Majas metonimia adalah pengungkapan dengan memakai suatu realitas tertentu, baik itu nama orang, benda, atau sesuatu yang lain untuk menampilkan makna-makna tertentu.
Contoh: Hei! Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu. Kuntum bunga di sini mewakili makna ihwal cukup umur yang sedang tumbuh untuk mencapai harapan hidupnya.
 Majas anafora adalah pengulangan kata atau frase pada awal dua larik puisi secara berurutan untuk penekanan atau keefektifan bahasa. Misalnya, terdapat dalam salah satu puisi Sapardi Djoko Damono berikut.
Kita tinggalkan kota ini, ketika menyeberang sungai
terasa waktu masih mengalir di luar diri kita. Awas, jangan menoleh,
tak ada yang memerlukan kita lagi
tak ada yang memanggil kembali.
 Majas oksimoron adalah majas yang memakai penggabungan kata yang bekerjsama teladan maknanya bertentangan. Misalnya, pada salah satu puisi Sapardi Djoko Damono berikut.
Begini: kita mesti berpisah.
Sebab Sudah terlampau lama bercinta

#6 Gunakan Unsur Bunyi, Rima dan Irama Secara Tepat
Untuk memahami unsur bunyi, rima dan irama, silahkan kalian baca puisi berikut ini baik-baik.
Ke manakah pergi
mencari matahari
ketika salju turun
pohon kehilangan daun
Ke manakah jalan
mencari lindungan
ketika tubuh kuyup
dan pintu tertutup
Ke manakah lari
mencari api
ketika bara hati
padam tak berarti
Ke manakah pergi
Ke manakah pergi
selain mencuci diri

Setelah membaca puisi berjudul "Salju" karya Wing Kardjo tersebut, apakah yang pertama kali menarik perhatian kalian? Sejalan dengan telaah unsur berdiri struktur, kalian tentunya mencoba mengamati contoh aktual dari apa yang disebut berdiri struktur puisi.

Dari sejumlah unsur struktur puisi yang telah diungkapkan, kini kita pusatkan perhatian pada aspek suara terlebih dahulu. Jika berbicara ihwal problem suara dalam puisi, kita harus memahami konsep ihwal hal-hal berikut.
 Rima, menyangkut pengulangan suara yang berselang, baik di dalam larik puisi maupun pada simpulan larik sajak yang berdekatan.
 Irama, yakni paduan suara yang menjadikan unsur musikalitas, baik berupa alunan tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya bisa menumbuhkan kemerduan, kesan suasana, serta nuansa makna tertentu. Timbulnya irama itu, selain akhir penataan rima, juga akhir pertolongan penekanan dan intonasi maupun tempo sewaktu melaksanakan pembacaan secara oral.
 Ragam bunyi meliputi euphonycacophony, dan onomatope.

Rima yaitu suara yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada simpulan larik-larik puisi. Pada contoh puisi tersebut, misalnya, sanggup dilihat adanya pengulangan suara vokal (e) mirip tampak pada larik "ke manakah pergi". Perulangan suara demikian disebut asonansi.

Selain itu, juga sanggup diamati adanya perulangan suara konsonan (n) mirip nampak pada larik "pohon kehilangan daun". Perulangan suara konsonan itu disebut aliterasi. Perulangan suara mirip contoh tersebut berlaku di antara kata-kata dalam satu larik. Rima demikian itu disebut rima dalam.

Lebih lanjut, kalau kita mengamati bait pertama puisi "Salju" tersebut, tampak juga adanya paduan suara antara setiap simpulan larik sehingga menjadikan pola persajakan vokal /i/  vokal /i/ dengan konsonan /n/  konsonan /n/ mirip tampak pada bentuk . . . pergi/. . . matahari/. . . turun/. . . daun. Rima demikian itu, yakni rima yang terdapat pada simpulan larik puisi, disebut rima akhir.

Pada contoh puisi tersebut juga sanggup kita jumpai adanya pengulangan kata "ketika" di antara bait-bait. Ulangan kata demikian disebut rima identik. Contoh lain misalnya, sanggup diamati pada puisi berjudul "Sajak Samar" karya Abdul Hadi W.M. berikut.
Ada yang memisahkan kita, jam dinding ini
ada yang mengisahkan kita, bumi bisik-bisik ini
ada. Tapi tak ada kucium waangi kainmu sebelum
pergi tak ada. Tapi langkah gerimis bukan sendiri.

Pengulangan suara disebut rima sempurna jika mencakup baik pengulangan konsonan maupun vokal, mirip tampak pada bentuk "pergi" dan "sendiri", larik 3 dan 4 puisi tersebut. Adapun pengulangan suara disebut rima rupa jika pengulangan hanya tampak pada penulisan suatu bunyi, sedangkan pelafalannya tidak sama.

Misalnya, rima antara suara vokal /u/ dalam bentuk "bulan" serta suara vokal /u/ dalam "belum", mirip tampak pada salah satu puisi Abdul Hadi W.M. berjudul "Dan Bajumu" berikut.
Pasang bajumu. Dingin akan kemudian melewat
menyusup erat semak-semak pohon kayu
Tapi bulan belum kelihatan, puncak-puncak bukit
sudah berhenti membandingkan dukamu,
sehari keluh kesah

Kalian tentunya telah mengenal istilah euphony sebagai salah satu ragam suara yang bisa menuansakan suasana keriangan, vitalitas, maupun gerak. Bunyi euphony umumnya berupa bunyi-bunyi vokal. Kalian sendiri sanggup mengetahui bahwa kata-kata yang mengandung sesuatu yang menyenangkan umumnya mengandung suara vokal, mirip tampak pada kata "gembira", "bernyanyi", "berlari", dan lain-lain.

Pada puisi "Salju" tersebut, kalian sanggup melihat adanya kata "pergi/mencari/matahari". Berkebalikan dengan bunyi euphony, bunyi cacophony adalah suara yang menuansakan suasana ketertekanan batin, kebekuan, kesepian ataupun kesedihan. Jika bunyi euphony umumnya terdapat dalam bentuk vokal, bunyi cacophony umumnya berupa bunyi-bunyi konsonan yang berada di simpulan kata.

Bunyi konsonan itu sanggup berupa suara bilabial, mirip nampak pada larik-larik ketika tubuh kuyup dan pintu tertutup. Peranan suara dalam puisi mencakup hal-hal berikut:
 Untuk membuat nilai keindahan lewat unsur musikalitas atau kemerduan.
 Untuk menuansakan makna tertentu sebagai perwujudan rasa dan sikap penyairnya.
 Untuk membuat suasana tertentu sebagai perwujudan suasana batin dan sikap penyairnya.

Sumber https://blogbahasa-indonesia.blogspot.com/