A. Kedudukan Orang Tua dalam Membantu Anak Belajar
Peranan orang bau tanah sungguh strategis, sesuai dengan kemajuan zaman. Apalagi di saat ini di mana imbas teknologi gunjingan yang kian kental. Dalam hal ini, kiprah orang bau tanah sungguh penting lantaran kondisi dasar dari suatu generasi dimulai dari suatu keluarga. Menurut Zakiah Daradjat keluarga merupakan “suatu metode kehidupan penduduk yang terkecil dibatasi oleh adanya keturunan atau disebut juga umat, akhir adanya kesamaan agama”.[1]
Dalam Islam, keberadaan anak melahirkan adanya kekerabatan vertikal dengan Allah Penciptanya, dan kekerabatan horizontal dengan orang bau tanah dan masyarakatnya yang bertanggungjawab untuk mendidiknya menjadi insan yang taat beragama. Walaupun fitrah tragedi insan baik lewat pendidikan yang benar dan seminar insan yang jahat dan buruk, lantaran salah asuhan, tidak berpendidikan dan tanpa norma-norma agama Islam.
Anak selaku amanah dari Allah, membentuk 3 dimensi hubungan, dengan orang bau tanah selaku sentralnya. Pertama, kekerabatan kedua orang tuanya dengan Allah yang dilatarbelakangi adanya anak. Kedua, kekerabatan anak (yang masih membutuhkan banyak bimbingan) dengan Allah lewat orang tuanya. Ketiga, kekerabatan anak dengan kedua orang tuanya di bawah tutorial dan tuntunan dari Allah.[2] Dalam mengemban amanat dari Allah yang mulia ini, berupa anak yang fitrah beragama tauhidnya mesti dibina dan dikembangkan, maka orang bau tanah mesti membuat agama Islam, selaku dasar untuk seminar dan pendidikan anak, biar menjadi insan yang bertaqwa dan senantiasa hidup di jalan yang diridhoi oleh Allah SWT., dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun juga keadaannya, pribadinya selaku insan yang taat beragama tidak berganti dan tidak gampang goyah.
Mendidik bawah umur menjadi insan yang taat beragama Islam ini, pada hakekatnya merupakan untuk melestarikan fitrah yang ada dalam setiap diri eksklusif manusia, yakni beragama tauhid, agama Islam. Seorang anak itu memiliki “dwi potensi”yaitu sanggup menjadi baik dan buruk. Oleh lantaran itu orang bau tanah wajib membimbing, membina dan mendidik anaknya menurut petunjuk-petunjuk dari Allah dalam agama-Nya, agama Islam biar anak-anaknya sanggup bermitra dan beribadah terhadap Allah dengan baik dan benar. Oleh lantaran itu anak mesti mendapat asuhan, tutorial dan pendidikan yang baik, dan benar biar sanggup menjadi remaja, insan remaja dan orang bau tanah yang beragama dan senantiasa hidup agamis. Sehingga dengan demikian, anak selaku penerus generasi dan prospek orang tuanya, sanggup berkembang dan berganti menjadi insan yang sanggup menyanggupi prospek orang tuanya dan sesuai dengan kehendak Allah.[3]
Kehidupan keluarga yang tenteram, bahagia, dan serasi baik bagi orang yang beriman, maupun orang kafir, merupakan suatu keperluan mutlak. Setiap orang yang menginjakkan kakinya dalam berumah tangga niscaya dituntut untuk sanggup melakukan perahu keluarga itu dengan baik. Kehidupan keluarga sebagaimana diungkap di atas, merupakan duduk urusan besar yang tidak sanggup dianggap sepele dalam mewujudkannya. Apabila orang bau tanah gagal dalam memerankan dan memfungsikan kiprah dan fungsi keduanya dengan baik dalam membina kekerabatan masing-masing pihak maupun dalam memelihara, mengasuh dan mendidik anak yang semula jadi dambaan keluarga, embel-embel dunia, akan terbalik menjadi bumerang dalam keluarga, fitnah dan siksaan dari Allah.
Sebagaimana orang bau tanah atau pendidik, kita mesti sadar bahwa lingkungan yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak merupakan keluarga, di samping sekolah. Berhasil tidaknya kenaikan prestasi juga sungguh bergantung pada lingkungan yang menumbuhkan dan membuatkan anak-anak. “Sebab keteladanan lebih efektif dibandingkan rekomendasi berupa ucapan atau indoktrinasi. Tanpa keteladanan, rasanya susah menjadi generasi qur’ani yang kelak akan meneruskan prospek Islam”.[4]
Posisi orang bau tanah sungguh memiliki arti bagi seminar subjek didik, lantaran dituntut untuk mengedepankan sosok anak yang muslim. Islam juga menuntut biar orang bau tanah benar menyediakan pengawasan yang intensive terhadap segala aktifitas yang dijalankan anak untuk menentang kemungkinan berprilaku yang negatif, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat at-Tahrim ayat 6 selaku berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً...(التحريم: ٦)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (Q. S. at-Tahrim: 6)
Seorang ibu memegang peranan yang sungguh penting dalam mendidik anak di lingkungan keluarga. Ibu merupakan guru pertama dan utama dalam menyediakan pendidikan terhadap anaknya. Selain ibu, ayahpun memiliki tanggung jawab yang sungguh besar dalam menyediakan pendidikan terhadap anak.
Dari uraian di atas, penulis mengerti bahwa di dalam keluarga mesti dijalankan koordinasi yang bagus untuk meraih anggota keluarga yang serasi dan terpadu saling isi mengisi sehingga membuat keakraban di dalam keluarga. Dengan modal tersebut kenaikan prestasi anak akan lebih gampang dilakukan.
Bahkan, secara kongkrit insan selaku makhluk biologis, sosiologis dan makhluk psikologis. Sebagai makhluk psikologis insan membutuhkan pemenuhan dari keseluruhan keperluan psikologisnya, antara lain insan punya keperluan akan rasa ingin tahu. Pemenuhan akan keperluan psikologis itu merupakan selaku salah satu tujuan dari hidup manusia. Guna tercukupi tujuan hidup dimaksud perlu adanya usaha-usaha ke arah itu. Usaha tersebut senantiasa dilandasi oleh suatu kekuatan yang dinamakan dengan motivasi.
Dalam kaitannya dengan pengembangan minat dan talenta anak, maka peranan orang bau tanah sungguh menentukan. Oleh lantaran itu, suatu hal yang tidak sanggup diabaikan oleh orang bau tanah dalam mendidik anaknya. Tanpa adanya motivasi dari orang bau tanah minat dan bakat yang sudah dimiliki oleh seorang anak tidak akan meningkat dengan baik sesuai dengan apa yang sudah dibutuhkan sebelumnya. Untuk itu orang bau tanah perlu mengupayakan banyak sekali jerih payah untuk sanggup menolong anak dalam membuatkan talenta dan minatnya.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orangtua terhadap anaknya adalah: “Memelihara, membesarkan, melindungi, menjamin kesehatannya dan mendidik dengan banyak sekali ilmu wawasan yang memiliki faedah bagi kehidupannya serta membahagiakan anak hidup di dunia dan di akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah selaku tujuan final kehidupan muslimin”.[5] Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara kontiniu perlu di kembangkan terhadap setiap orang tua, sehingga pendidikan yang dijalankan tidak lagi menurut kebiasaan yang dilihat dari orang tua, akan tetapi sudah didasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan kemajuan zaman yang condong senantiasa berubah.
Secara psikologi tujuan pendidikan Islam dalam keluarga dalam Islam adalah:
1. Pendidikan nalar dan antisipasi pikiran, Allah memerintahkan insan untuk merenungkan tragedi langit dan bumi biar sanggup beriman terhadap Allah.
2. Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat utamanya pada insan lantaran Islam merupakan agama fitrah lantaran ajarannya tidak ajaib dari tabi'at manusia, bahkan ia merupakan fitrah yang insan diciptakan sesuai dengannya.
3. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan.
4. Berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi-potensi dan bakat-bakat manusia”.[6]
Berdasarkan pejesan di atas, sanggup dimengerti bahwa talenta merupakan suatu potensi yang mesti di kembangkan dan dibina dengan baik. Karena insan sejak lahir sudah menenteng suatu potensi yang mesti dikembangkan lewat pendidikan dan pengalaman.
Dalam hal seminar minat dan talenta anak, orang bau tanah berfungsi selaku pembantu menerima bakat-bakat anaknya yang paling mendalam, dengan mendorong anak melaksanakan kegaiatan yang beragam, menyediakan peluang dan kemungkinan yang besar terhadap anak untuk membuatkan minat dan bakatnya. Karena talenta anak meningkat dengan berselangnya waktu dan proses kemajuan individu anak.
Orang bau tanah merupakan pakar kecerdasan bermacam-macam anak yang sebenar-benarnya. Mereka memiliki banyak peluang untuk menyaksikan seorang anak belajar dan meningkat dalam spektrum lingkungan luas yang merangkum kecerdasan. Oleh lantaran itu, orang bau tanah mesti dimasukkan kedalam daftar upaya mengidentifikasi kecerdasan dan seminar minat dan talenta anak. Dalam hal ini kiprah seorang guru pada permulaan tahun pemikiran gres merupakan “memperkenalkan rancangan kecerdasan bermacam-macam ini terhadap orang bau tanah murid dan menampilkan terhadap mereka beberapa cara untuk mengobservasi dan mendokumentasikan kelebihan-kelebihan anak mereka dirumah, tergolong diantaranya penggunaan buku kliping, kaset-kaset, video, potret, serta contoh-contoh cerita, yang timbul dari kegemaran/hobi khusus atau minat anak”.[7] Dengan demikian sanggup menolong orang bau tanah menerima talenta anak dan kemudian akan lebih gampang bagi orang bau tanah membina talenta anak tersebut.
Orang bau tanah juga mempunyai suatu kewajiban dan tanggung jawab terhadap pengembangan minat dan talenta yang sudah dimiliki seorang anak. lantaran orang tua merupakan sebagai forum yang pertama dan utama bagi kehidupan anak untuk mengecap pendidikan mereka sejak dini, sekaligus orang tua merupakan penentuan permulaan kemana arah dan langkah bawah umur mereka selanjutnya. Adapun hal yang mesti dijalankan orang bau tanah dalam membuatkan talenta dan minat anak adalah:
a. Menghargai pertimbangan anak dan menyediakan dorongan kepadanya untuk mengungkapkan pertimbangan tersebut
b. Memberikan peluang terhadap anak untuk berpikir, merenung dan berkhayal
c. Memberikan peluang dan mendorong anak untuk menanyakan banyak hal
d. Meyakinkan anak bahwa orang bau tanah menghargai apa yang ingin dicoba untuk dilakukan
e. Ikut menolong dan mendorong setiap acara yang dijalankan oleh anak untuk pengembangan bakatnya
f. Memberikan kebanggaan yang sungguh-sungguh terhadap anak, apabila ia mendapat prestasi yang baik
g. Membina dan melatih anak untuk bekerja
h. Membuat kolaborasi dengan anak dalam hal yang aktual [8]
Dengan melaksanakan hal menyerupai yang sudah penulis jelaskan di atas, maka anak akan merasa terbantu untuk membuatkan potensi dan bakatnya. akan tetapi demikian juga sebaliknya tanpa adanya dorongan dan seminar dari orang bau tanah akan merasa susah bahkan tidak sanggup membuatkan bakatnya, lantaran binaan dan dorongan orang bau tanah sungguh menetukan terhadap pengembangan talenta anak.
Berdasarkan klarifikasi di atas, penulis sanggup mengerti bahwa orang bau tanah berfungsi selaku orang paling utama bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pengembangan minat dan talenta pada anak. Orang bau tanah memiliki suatu keharusan untuk mendidik dan membuatkan potensi talenta yang sudah dimiliki oleh seorang anak. Sehingga anak sanggup memncapai kebahagian hidup di dunia dan di darul abadi kelak.
[1]Endang Saefuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Pikiran ihwal Islam dan Umatnya, (Jakarta: Rajawali, 1986), hal. 185.
[2] Bakir Yusuf Barmawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak, (Semarang: Dina Utama, 1993), hal. 5.
[6]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995). hal. 61.
[7] Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara, (Bandung: Rajawali Press, 2004), hal.57.
[8] Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 94.