12 Macam Unsur Intrinsik & Ekstrinsik Cerpen, Pengertian, Contoh, Dan Cara Menentukannya

Kamu tentu bahagia membaca cerpen, bukan? Apa alasanmu bahagia membaca cerpen? Mungkin lantaran halamannya tidak tebal sehingga tidak menghabiskan waktu usang untuk membacanya. Atau mungkin lantaran dengan membaca cerpen kau akan merasa terhibur dengan ceritanya. Nah, pada kesempatan kali ini, kita akan mencar ilmu mengenai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen beserta pola dan cara menentukannya. Namun sebelum itu kita bahas dahulu pengertian cerpen dan ciri-cirinya berikut ini.
 Mungkin lantaran halamannya tidak tebal sehingga tidak menghabiskan waktu usang untuk membac 12 Macam Unsur Intrinsik & Ekstrinsik Cerpen, Pengertian, Contoh, dan Cara Menentukannya

Pengertian Cerpen
Menurut bentuk fisiknya, cerpen yaitu dongeng yang pendek. Namun, batasan ini belum sanggup dijadikan dasar sebuah cerpen. Sebab, ada juga dongeng yang pendek, tetapi bukan cerpen, mirip dongeng atau anekdot. Oleh lantaran itu, diharapkan ciri lain yang sanggup dijadikan batasan pengertian sebuah cerpen. Jakob Sumardjo menyebutkan ciri tersebut, yakni cerpen bersifat rekaan dan bersifat naratif. Dengan demikian, sanggup disimpulkan definisi dari cerpen yaitu sebagai berikut.

Cerpen yaitu dongeng atau narasi fiktif atau rekaan (tidak benar-benar terjadi, akan tetapi sanggup terjadi di mana saja dan kapan saja), serta relatif pendek. Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berisi perihal kehidupan seseorang dan diceritakan secara ringkas.

Cerita dalam cerpen hanya sebagaian kecil dari kehidupan manusia. Cerita pendek karya seseorang atau beberapa orang biasanya dikumpulkan dalam sebuah buku kumpulan yang dinamakan buku kumpulan cerpen. Cerpen termasuk karya prosa fiktif yang cukup dikenal dan digemari oleh masyarakat. Cerita dalam cerpen biasanya melukiskan suatu pertikaian yang dramatik dan mengandung kesan tunggal yang dominan.

Ciri-Ciri Cerpen
Untuk membedakan cerpen dengan jenis karya sastra lainnya, maka kalian harus memahami 7 ciri-ciri cerpen. Ketujuh ciri-ciri cerpen tersebut beserta penjelasannya antara lain sebagai berikut.
 Bersifat fiktif
Artinya kisah atau dongeng dalam cerpen hanyalah khayalan dari si penulis dan tidak mencerminkan kejadian yang sebenarnya.
 Bersifat naratif
Artinya dongeng dalam cerpen memperhatikan urutan waktu kejadian (kronologi) dari awal mula dongeng hingga final cerita.
 Cepen habis dibaca sekali duduk
Artinya yaitu cerpen sanggup dibaca dalam waktu yang relatif singkat, sesingkat orang yang sedang duduk dan membaca cerpen hingga selesai. Karena ceritanya yang tidak begitu rumit itulah yang menciptakan cerpen mempunyai daya tarik tersendiri.
 Panjang cerpen tidak lebih dari 10.000 kata
Cerita yang di muat dalam cerpen tidak muluk-muluk sehingga panjang cerpen tidak lebih dari 10.000 kata. Hal ini berbeda dengan novel, lantaran novel menceritakan kejadian-kejadian secara kompleks sedangkan cerpen hanya sesingkat dan alurnya tidak tidak lebih dari satu.
 Alur dan temanya tunggal
Hanya ada satu tema di dalam cerpen sehingga memudahkan pembaca mengidentifikasi sebuah tema yang terkandung dalam sebuah cerpen. Selain itu erpen juga mempunyai alur tunggal sehingga tidak terlalu rumit konflik yang diceritakan dalam sebuah cerpen.
 Watak tokoh digambarkan secara sederhana
Dalam penggambaran tabiat tokoh dalam dongeng novel digambarkan secara sedehana. Jauh berbeda dengan novel yang menceritakan dan mendeskripsikan tabiat tokoh secara kompleks dan lebih lengkap. Di dalam cerpen tabiat tokoh hanya diceritakan sebagian saja, terkadang melalui dongeng tersirat.
 Konflik tidak hingga mengubah nasib tokoh
Konflik yang diceritakan dalam sebuah novel tidak hingga mengubah nasib tokoh, alasannya yaitu alurnya yang singkat dan temanya tunggal. Berbeda dengan novel yang konfliknya mengubah nasib tokoh, dan biasanya menceritakan tokoh dari kecil hingga masa tuanya.

Unsur-Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen
Cerpen mempunyai dua unsur pembangun, di antaranya yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Lalu tahukah kalian apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik itu? Berikut ini penjelasannya.

Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Apabila diibaratkan bangunan, maka unsur intrinsik yaitu komponen-komponen bangunan tersebut, mirip pondasi, tiang, lantai, tembok, dan sebagainya.

Jika salah satu komponen pada bangunan hilangan, maka banguna tersebut akan roboh. Begitupun dengan unsur intrinsik cerpen, apabila salah satu unsur hilang, maka karya tulis tersebut tidak sanggup disebut sebagai cerpen (cerita pendek). Unsur-unsur intrinsik cerpen terdiri atas tema, latar, alur atau plot, penokohan atau perwatakan, tokoh, sudut pandang (point of view), amanat dan gaya bahasa. Berikut penjelasannya.

1. Tema
Tema merupakan pikiran pokok yang mendasari pengembangan sebuah cerita. Sebuah dongeng tidak sanggup dikembangkan menjadi suatu dongeng yang menarik dan utuh kalau tema yang terdapat dalam dongeng tersebut tidak ditentukan sehingga sebuah dongeng tidak sanggup dipahami oleh pembaca. Tema yang terdapat dalam cerpen bermacam-macam, mirip kehidupan sekolah, pengorbanan cinta, usaha hidup, kematian, dan lain-lain.

2. Latar
Latar yaitu citra waktu, daerah dan suasana yang terjadi dalam suatu cerita. Dalam cerpen, latar menjadi saah satu unsur yang sangat penting lantaran pembaca sanggup mengetahui suasana yang terjadi dalam sebuah cerpen. Suasana yang dimuat dalam cerpen sanggup mempengaruhi pembaca untuk lebih menghayati dongeng dalam cerpen. Perhatikan pola latar pada penggalan cerpen berikut.
Suasana ruang makan, siang itu begitu riuh. Tidak mirip biasanya. Orang-orang di daerah itu tertawa-tawa. Tawa lepas. Sampai-sampai ada yang meneteskan air mata. Saking kelepasan tertawanya. Mereka terus tertawa. Seperti nasi, lauk-pauk yang menjadi jatah siang itu, ada yang di hadapannya, hanya menjadi barang hiasan. Sedikit pembicaraan, kemudian tertawa kembali.

Bersama-sama. Berirama. Irama tawa yang lepas. Ruang makan itu, hanya terdengar bunyi tawa. Tidak terdengar denting sendok dan piring, tak henti. Seluruh karyawan PT. Garmen Santosa menikmati istirahat. Jam makan siang. (cuplikan cerpen “Biarkan Kami Tertawa”).

Dari penggalan cerpen di atas, maka latar daerah yaitu di ruang makan, latar waktunya yaitu di siang hari dikala jam makan siang, dan latar suasananya yaitu riang besar hati (yang ditandai dengan kata-kata “tertawa lepas”).

3. Alur Cerita atau Plot
Alur yaitu rangkaian dongeng yang dibuat oleh tahapan-tahapan kejadian sehingga menjalin sebuah dongeng yang dihadirkan oleh tokoh dalam suatu cerita. Alur dongeng disebut juga plot. Berikut ini yaitu tahapan-tahapan sebuah alur.
 Tahap Orientasi
 Tahap Pemunculan konflik
 Tahap Penigkatan konflik
 Tahap Pemuncakan konflik (klimaks)
 Tahap Penyelesaian konflik

Terdapat 3  macam alur yang terdapat dalam sebuah dongeng yaitu sebagai berikut:
 Alur Maju (Progresif)
Alur maju yaitu rangkaian kejadian yang ceritanya bergerak maju. Contoh sederhananya yaitu contohnya cerpen itu awalnya menceritakan perihal seorang anak kecil dan berkembang /berakhir dikala ia telah remaja.
 Alur Mundur (Flash Back)
Alur mundur yaitu rangkaian kejadian yang ceritanya bergerak mundur. Alur mundur biasanya menceritakan latar belakang sebuah kejadian. Contohnya yaitu seorang preman pensiun yang menceritakan pengalamannya ketika masih menjadi preman.
 Alur Campuran
Adalah dongeng yang mempunyai adonan alur maju dan mundur. Biasanya dongeng ini dimulai di tengah-tengah. Sementara dongeng berkembang maju, beberapa kali ditampilkan beberapa potongan flashback yang menjelaskan latar belakang cerita.

4. Penokohan atau Perwatakan

Penokohan atau perwatakan yaitu penggambaran huruf tokoh dalam suatu cerita. Ada dua metode dalam menggambarkan tabiat tokoh, yaitu sebagai berikut.
 Analitik/langsung, yaitu sebuah metode penyampaian oleh penulis mengenai sifat atau tabiat tokoh dengan cara memaparkan secara langsung. Seperti: keras kepala, penakut, pemberani, pemalu dan lain sebagainya.
 Dramatik/tidak langsung, yaitu sebuah metode penyampaian sifat tokoh secara tersirat. Biasanya disampaikan melalui tingkah laris si tokoh dalam cerita.

5. Tokoh
Tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang berbeda dalam sebuah penulisan cerpen. Tokoh merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam dongeng tersebut. Sedangkan penokohan yaitu penentuan tabiat atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita. Watak yang diberikan sanggup digambarkan dalam sebuah ucapan, pemikiran dan pandangan dalam melihat suatu masalah.

Ada 4 jenis tokoh yang digambarkan dalam cerpen, antara lain:
 Protagonis adalah tokoh atau pemeran utama yang baik dalam suatu cerita.
 Antagonis adalah tokoh atau pemeran utama yang jahat dalam suatu cerita.
 Tritagonis adalah tokoh atau pemeran penengah atau pembantu dalam suatu cerita.
 Figuran adalah tokoh pendukung yang memperlihatkan pemanis warna dalam cerita.

6. Sudut pandang (Point of View)
Sudut pandang yaitu citra kedudukan pengarang dalam cerita. Sudut pandang dalam cerpen terdapat beberapa macam yaitu sebagai berikut.
 Sudut Pndang Orang Pertama
Yaitu kedudukan seorang pengarang dalam memberikan cerita-ceritanya mirip ia ikut terlibat dalam suatu cerita. Pada teknik ini pengarang memakai kata “aku” sebagai sudut pandang orang pertama tunggal. Dan memakai kata “kami” sebagai sudut pandang orang pertama jamak. Perhatikan pola penggalan cerpen berikut ini.
Tuhan punya kehendak lain. Tiba-tiba saja Rudi meninggal dalam waktu beberapa menit sesudah mobilnya menghantam bus kota sewaktu menuju kantornya di pagi Senin yang naas itu. Agaknya Tuhan juga memperlihatkan kekuasaan-Nya. Rudi yang gres berusia empat puluhan dan paling bungsu dari tujuh bersaudara dipanggil paling awal olehNya.

Kami semua terpukul, apalagi ibu. Padahal, seminggu sebelumnya, Rudi telah memberikan gagasannya kepada kami untuk memperlihatkan hadiah istimewa di hari ulang tahun ibu yang ke-80 beberapa bulan lagi. (cuplikan cerpen “Sinar Mata Ibu”).

Pada penggalan cerpen tersebut, pengarang memakai kata “kami” sebagai sudut pandang orang pertama jamak yang dipakai dalam memberikan ceritanya.

 Sudut Pandang Orang Ketiga
Sudut Pandang orang ketiga yaitu cara pandang pengarang yang memposisikan dirinya diluar kepingan dari sebuah cerita. Pada teknik ini, pengarang memakai kata “dia” untuk mengungkapkan sudut pandang orang ketiga tunggal. Dan memakai kata “mereka” untuk mengungkapkan sudut pandang orang ketiga jamak. Selain itu penyebutan sudut pandang orang ketiga sanggup saja mengungkapkan nama tokoh secara eksklusif mirip penggalan cerpen berikut.
Pagi itu Guru Kito berdiri di pinggir lapang sambil melecutlecutkan lidi ke kakinya sendiri. Itulah tanda bahwa ia murka lantaran ada murid yang melanggar peraturan perguruan. Murid-murid pun sudah tahu akan tanda itu. Mereka harus berkumpul dan tentulah akan ada aturan an yang dijatuhkan. Setiap murid punya dugaan majemuk terhadap eksekusi atau siapa yang akan dihukum.

Mungkin saja Guru Kito akan menjatuhkan eksekusi kepada Kaje, lantaran kemarin sore tidak masuk dalam pelajaran bahasa Inggris. Mungkin juga Oon dan Kawe lantaran keduanya kedapatan merokok di belakang asrama. Bisa jadi juga Ismet, lantaran tidak ikut bersembahyang kemarin. Berbagai kemungkinan sanggup saja terjadi. (cuplikan cerpen “Oleng”).

Pada penggalan cerpen tersebut, pengarang memakai nama orang “Guru Kito” dan kata “dia” sebagai sudut pandang orang ketiga tunggal yang dipakai dalam memberikan ceritanya.

 Sudut Pandang campuran
Sudut pandang adonan yaitu cara memposisikan pengarang dengan memakai gabungan dari teknik sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

7. Amanat
Amanat yaitu pesan/nasihat pengarang kepada pembaca yang dimuat dalam cerita, baik disampaikan secara eksplisit maupun implisit. Cerpen yang baik selalu terdapat sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Bukan dongeng kosong yang tiada pesan-pesan maupun kritik sosial. Amanat yang terkandung dalam cerpen harus sesuai dengan nilai-niai kebaikan. Perhatikan pola amanat berikut ini!
“Perusahaan ini dari sentra sudah ditutup, lantaran terus merugi. Garmen kini sudah tidak sanggup diekspor, kena kuota. Dan bulan ini, perusahaan ini sudah bangkrut. Apa kita mau protes, sama siapa? Atau unjuk rasa, sama siapa? Atau malah mau bunuh diri, di mana hayo….?” Pak Manager kembali tertawa. Disambut seluruh karyawan yang ada.

“Sekarang ini, kita hanya punya tawa, dan pemerintah, serta direksilah yang menyimpan tawa untuk esok hari. Untuk ditunda kemudian hari. Inilah dampak kenaikan BBM, dan kebijakan perusahaan pusat,” ada bunyi getir dari ucapan Pak Manager.

“Kita ini sebetulnya di-PHK ya, Pak? Tetapi siapa mem-PHK siapa, tidak jelas. Kami akan jalan kaki bersama, menuju Gedung Dewan. Di sana kami tidak akan protes atau demo. Tetapi kami hanya akan membawakan drama tawa kami ini, Pak!” ucap Hardi. ”Ke Gedung Dewan hanya ingin tertawa? Ha….ha…ha...,” dan disambut tawa seluruh karyawan. (cuplikan cerpen “Biarkan Kami Tertawa”).

Keterangan : Amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang pada penggalan cerpen diatas adalah, kita harus menuntaskan suatu problem dengan kepala yang dingin, tidak perlu memakai amarah apalagi hingga anarkis.

8. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yaitu cara bagaimana pengarang mengungkapkan pemikirannya atau ilham melalui bahasa-bahasa yang unik dan khas sehingga menjadikan kesan keindahan bahasa. Gaya bahasa atau majas yang dipakai oleh pengarang dalam menceritakan kejadian-kejadian dalam sebuah cerita, menjadi unsur yang sangat penting untuk mewujudkan sebuah dongeng yang menarik untuk dibaca. Perhatikan penggalan cerpen berikut ini.
"Kalau saya tanya siapa yang telah mencuri kinantan itu dan menggorengnya tengah malam, niscaya semuanya tidak ada yang mengaku. Ya, kan? Sebab, kalau pencuri mau mengaku, pasti semua penjara yang ada di dunia ini akan
penuh dengan pencuri. Jadi, saya tidak akan menanyakan siapa pencurinya," kata Guru Kito." (cuplikan cerpen “Oleng”).

Dari penggalan cerpen di atas coba kalian perhatikan kalimat yang dicetak tebal. Kalimat “semua penjaran yang ada di dunia ini akan penuh dengan pencuri” merupakan jenis gaya bahasa hiperbola yaitu gaya bahasa yang dipakai untuk melukiskan keadaan secara berlebihan.

Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra dari luar. Unsur ektrinsik tidak sanggup ditemukan dalam sebuah karya sastra, namun unsur ekstrinsik berkaitan bersahabat dengan hasil karya sastra yang dibuat oleh pengarang. Berikut ini beberapa unsur ektrinsik dalam cerpen.

1. Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat merupakan faktor lingkungan masyarakat sekitar yang mempengaruhi penulis dalam menciptakan cerpen tersebut. Ada beberapa faktor yang sanggup mempengaruhi penulis, diantaranya sebagai berikut:
 Ideologi Negara
 Kondisi Politik
 Kondisi Sosial
 Kondisi Ekonomi

2. Latar Belakang Penulis
Latar belakang penulis yaitu sebuah faktor dari dalam diri penulis yang mendorong penulis dalam menciptakan cerpen. Latar belakang penulis terdiri dari beberapa faktor, diantaranya adalah:
 Riwayat Hidup Penulis
 Kondisi Psikologis
 Aliran Sastra Penulis

3. Nilai yang Terkandung di dalam Cerpen
Nilai yaitu hal-hal, pesan, atau pedoman yang dianggap penting bagi kehidupan manusia. Suatu karya sastra niscaya mengandung suatu nilai yang terdapat di dalamnya, tak terkecuali dalam sebuah cerpen. Setiap pengarang niscaya menyisipkan nilai-nilai kepada pembaca lewat ceritanya. Nilai-nilai tersebut sanggup berupa berikut ini.
 Nilai moral atau etika
Adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat atau kelompok insan tertentu. Jadi, ukuran nilai yaitu baik dan jelek yang bersifat lokatif atau menurut daerah tertentu. Pesan moral disampaikan dari pelaku para tokoh-tokohnya atau komentar eksklusif pengarangnya dalam karya sastra.
Contoh: Minuman keras tentu bertentangan dengan nilai moral orang timur.

 Nilai sosial
Adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan problem sosial dan kekerabatan insan dengan masyarakat. Jadi, berkaitan dengan interaksi sosial antarmanusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
Contoh: Nilai bahu-membahu sesuai dengan nilai sosial masyarakat desa. 3. Nilai budaya, yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan kebudayaan, adab istiadat, ataupun kebiasaan suatu masyarakat. Contoh: Budaya sabung ayam Bali, budaya individualisme masyarakat metropolitan.

 Nilai estetika atau keindahan
Adalah nilai yang berkaitan dari segi bahasa, penyampaian cerita, pelukisan alam, keistimewaan tokoh, dan lingkungan sekitar tokoh.
Contoh: Rambutnya terurai selayak kilauan emas terkena mentari. Di sela-sela keindahan matanya, terhias indah gumpalan berlian. Di kedua lesung pipinya, serta manik-manik indah terlihat indah di antara senyumnya.

 Nilai religius
Yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan ketuhanan atau kepercayaan.
Contoh: Di antara kelaparan dan kehausannya masih juga ia menyebut nama Allah.

4. Daya Tarik Cerpen
Setiap karya sastra mempunyai daya tarik, dan berikut daya tarik cerpen.
 Peristiwa langka atau yang pernah di alami oleh penulis cerpen itu belum pernah dialami oleh penulis cerpen yang lain.
 Alurnya mendebarkan
 Ending ceritanya penuh kejutan.
 Tokohnya penuh simpatik dan heroik.
 Latarnya penuh pesona dan keindahan.
 Rangkaian katanya memikat dan lain-lain.

Sumber https://blogbahasa-indonesia.blogspot.com/