Fasisme : Ideologi Negara Italia


Pengertian Ideologi

Ideologi  merupakan himpunan-himpunan, ide, gagasan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang atas dasar mana menentukan tindakan atas insiden atau insiden politik dalam masyarakat. Ideologi berdasarkan Artha Mahindra Diputera yakni suatu pemikiran dasar yang dibagun dalam kehidupan bernegara sebagai suatu identitas. Ideologo berdasarkan Descrates yakni inti dari semua pemikiran manusia. Beberapa hebat lain mendefinisikan perihal ideologi.


  • Gunawan Setiardjo menyebutkan ideologi yakni kumpulan ilham atau gagasan yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.
  • Thomas H menyebutkan ideologi yakni suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah biar sanggup bertahan dan mengatur rakyatnya.
  • Karl Marx menyebutkan ideologi yakni alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
  • Francis Bacon menyebutkan ideologi yakni sintesis pemikiran fundamental dari suatu konsep hidup.


Ideologi dibagi menjadi aneka macam pembagian terstruktur mengenai yaitu, anarkisme, kapitalisme, komunisme, komunitarisme, konservatisme, neoliberalisme, demokrasi islam, demokrasi kristen, monarkisme, nasionalisme, nazisme, liberalisme, liberatianisme, sosialisme, dan fasisme. Pada goresan pena ini, akan dibahas perihal fasisme yang menjadi ideology negara Italy.

Pengertian Fasisme

Fasisme merupakan sebuah paham politik yang menjunjung kekuasaan adikara tanpa demokrasi. Fasisme berdasarkan Artha Mahindra Diputera yakni ideologi yang mengagungkan pemimpin otoriter. Secara umum, fasisme yakni suatu paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Hal ini sama saja mengisyaratkan bahwa fasisme yakni suatu perilaku nasionalime yang berlebihan. Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa Latin, fascis, yang berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini kemudian tengahnya ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah.

Fasisme mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Dipimpin oleh otoritas absolut, pengikut hanya menjadi massa yang seragam.
  2. Militer menjadi sangat penting, sebagai upaya negara menjaga keamanan dari musuh.
  3. Musuh dibangun dalam suatu kerangka konspirasi atau ideologi.
  4. Ideologi identitas dimana sebuah unsur harus murni, yaitu bebas unsur-unsur yang menganggap sebagai unsur yang tidak asli.

Ada beberapa faktor yang sanggup dijadikan penyebab munculnya ideologi fasisme.  Salah satunya yakni pecahnya perang dunia kedua. Sejumlah Negara yang kalah perang di perang dunia pertama merasa putus asa dan tidak puas terhadap hasil perjanjian perang dunia pertama. Hal tersebut menyebabkan kekacauan di bidang sosial dan ekonomi Negara tersebut. Sehingga lahir aneka macam gesekan-gesekan di dalam Negara.  Depresi juga menjadi salah satu faktor pemicu kebangkitan Fasisme, sebelum perang dunia kedua. Hal itu yang menjadikan insan sanggup dimobilisir, sebab tak mempunyai teladan hidup. Faktor ketiga yakni lembaga-lembaga demokratis liberal yang tidak mempunyai landasan yang aman, sebab sanggup disusupi aneka macam ide-ide Fasisme. Serta kecemasan yang meluas diantara kelas menengah dan menengah-bawah atas pengambil alihan revolusioner rejim Komunis akan terjadi di Negara mereka menjadi faktor keempat bangkitnya ideologi Fasisme.

Fasisme muncul dengan pengorganisasian pemerintahan dan masyarakat secara totaliter, kediktatoran partai tunggal yang bersifat: ultra-nasionalis, rasis, militeris dan imperialis. Fasisme juga muncul pada masyarakat pasca-demokrasi dan pasca-industri. Jadi, fasisme hanya muncul di negara yang mempunyai pengalaman demokrasi. Hal- hal yang penting dalam penbentukan suatu huruf negara fasisme yakni militer, birokrasi, prestise individu sang diktator serta dukungan massa. 

Ideologi Negara Italia

 gagasan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang atas dasar mana menentukan tindakan Fasisme : Ideologi Negara Italia
Benito Mussolini.
Tokoh-tokoh ideologi fasisme yang populer yakni Benito Mussolini dari italia. Di Jerman terdapat tokoh penganut fasisme yaitu Adolf Hitler. Kedua tokoh ini mengenalkan ajaran-ajaran yang dianut dalam ideologi fasisime. Hingga ketika ini pemikiran fasisme model Italia-lah yang kemudian menjadi pegangan kaum fasisme di dunia, sebab wawasannya yang bersifat moderat. 

Italy yakni sebuah negara di Eropa selatan yang terdiri dari sebuah semenanjung yang berbentuk sepatu boot dan dua pulau besar di Laut Tengah: Sisilia dan Sardinia. Italia membuatkan perbatasan bersaljunya di utara dengan Perancis, Swiss, Austria dan Slovenia. Negara San Marino dan Vatikan yakni enklave di dalam wilayah Italia. Penduduk Italia sebagian besar beragama dan berbahasa sama namun dengan budaya, ekonomi, dan politik yang beragam. Italia mempunyai kepadatan penduduk terbesar kelima di Eropa dengan 196 penduduk per kilometer persegi. Kelompok minoritas penduduk orisinil kecil jumlahnya. Meskipun Kristen Roma yakni agama lebih banyak didominasi (85% kelahiran di Italia umumnya beragama Katholik), ada beberapa komunitas yang merupakan kepingan Gereja Protestan, dan juga Bené Roma yang telah menjalankan Judaisme di Italia selama ribuan tahun. Dan ada juga komunitas imigran Muslim.

Italia sendiri menentukan fasis sebagai ideologi negara sebab beberapa hal. Pertama, kemenangan sekutu pada Perang Dunia I, dimana Italia termasuk dalam pihak sekutu tidak membuat Italia puas, sebab sebagian wilayah Irredenta Itali masih dikuasai oleh Negara lain. Italia pasca Perang Dunia I mengalami banyak kerugian diantaranya kemerosotan ekonomi yang menyebabkan inflasi, keresahan sosial dan pengangguran dimana-mana serta putus asa terhadap pemerintahan Victor Emanuel III yang tidak sanggup mengatasi permasalahan yang timbul. Hal ini menyebabkan semangat nasionalisme yang kemudian dimanfaatkan oleh gerakan fasis yang dipimpin Benito Mussolini dengan segala cara menghipnotis rakyat untuk memperoleh kekuasaan pemerintahan. Pada Oktober 1922 raja Victor Emmanuel III menyerahkan kekuasaannya kepada Mussolini yang berarti Italia mulai dipimpin oleh rezim Fasisme.

Kedua, Mussolini bercita-cita mengembalikan kejayaan Romawi Kuno. Mussolini memimpin Italia dengan system Diktator Fasisme dimana segala sesuatu terpusat kepada Negara. Untuk merealisasikan cita-citanya maka Mussolini memperluas wilayahnya dengan mengadakan imperialisme dengan menaklukan daerah-daerah di Afrika mirip Ethiopia, dan ingin menguasai seluruh Laut Tengah.

Fasis tidak meraih sukses besar pada tahun-tahun pertamanya. Tidak ada satu calon pun yang terpilih menjadi Dewan Wakil (Chamber of Deputies) pada tahun 1919. Sampai waktu itu, Mussolini dan pengikutnya mengarahkan kampanye mereka terutama padapekerja, tetapi mereka sebagian besar tetap bersekutu dengan partai sosialis. Setelah kekalahan pada pemilu tahun 1919, fasis beralih mendukung kelas atas dan menengah. Mengklaim sebagai pembela negara menghadapi bolshevisme dan sebagai pelindung hak milik pribadi, barisan fasis mulai membantu membatalkan pertemuan-pertemuan komunis dan meredakan aksi-aksi mogok. Perubahan kebijakan ini menjadikan mereka mendapat banyak anggota baru. Kekhawatiran akan “red manace” ini menghasilkan sumbangan dari industrialis, tuan-tuan rumah, dan pemilik perusahaan kecil. Sebagai hasilnya, tiga puluh lima fasis termasuk Mussolini, terpilih menjadi anggota Parlemen pada tahun 1921. Pada ketika itu, gerakan tersebut bermetamorfosis partai politik. Pada ketika itu jugalah, kampanye mengenai kehormatan nasional mulai melemahkan loyalitas para pekerja pada sosialisme ortodoks. Kelas menengah kebawah yakin bahwa Mussolini cukup bisa melindungi mereka dari cengkeraman bisnis besar. Para banker dan industriawan, di lain pihak, melihatnya sebagai benteng sebagai benteng bagi kepentingan diri mereka dan obat penawar bagi instabilitas politik. 

Meskipun fasisme bukan merupakan akhir eksklusif dari depresi ekonomi, sebagaimana teori marxis, tetapi terperinci kaum fasis memanfaatkan hal itu. Banyaknya angka pengangguran akhir depresi, melahirkan kelompok yang secara psikologis menganggap dirinya tidak berkhasiat dan diabaikan. Saat hal ini terjadi, maka fasisme bekerja dengan memulihkan harga diri mereka, dengan menyampaikan bahwa mereka yakni ras unggul sehingga mereka merasa dimiliki. Dengan modal inilah, maka fasisme juga memperoleh dukungan dari rakyat lapisan bawah.

Dengan demikian, fasisme bekerja pada setiap lapisan masyarakat. Fasisme memanfaatkan secara psikologis kesamaan-kesamaan pokok yang ada seperti: frustasi, kemarahan dan perasaan tak aman. Tak aneh, kalau dalam sejarahnya rezim fasis senantiasa mendapat dukungan masyarakat. 

Sebagai cara mempertahankan kesatuan, fasisme juga membuat musuh-musuh yang konkret maupun imajiner.. Memusuhi kaum komunis maupun liberalis-kapital, sebab mereka bukan bangsa arya atau indo-jerman. Jika merasa kekuatannya telah cukup untuk tidak sekedar berteori, maka kaum Fasis mulai menyampaikan sifat imperialisnya. Mereka akan menjanjikan kemenangan dalam permusuhan dengan bangsa lain. Kaum fasis senantiasa ingin menyampaikan bahwa mereka lebih unggul dari bangsa atau negara manapun. Nahasnya, apabila fasisme kalah, maka sang pemimpin fasis akan menjadi korban kehancuran rezimnya sendiri. Sejarah mencatat nasib tragis yang dialami Mussolini yang ditembak dan digantung oleh rakyatnya sendiri, sesudah sebelumnya Italia mengumumkan kekalahannya dalam perang. Nasib Hitler mungkin sedikit lebih baik, sebab ia “mati terhormat”  tanpa  harus tunduk kepada musuhnya.

Paham otoriter fasis ibarat komunisme modern dalam banyak cara dan seni administrasi pemerintahan. Akan tetapi terdapat perbadaan di antara keduanya. Kalau komunisme pada umumnya merupakan produk dari masyarakat pra-demokrasi dan pra-industri, maka fasisme merupakan produk dari masyarakat pasca demokrasi dan pasca industry. Kaum fasis mustahil merebut kekuasaan di negara-negara yang tidak mempunyai pengalaman demikrasi sama sekali. Dalam masyarakat-masyarakat tersebut kediktatoran mungkin ditunjang atau dimungkinkan oleh militer, birokrasi, prestise pribadi dukungan masa. Padahal dukungan masa merupakan cirri fasisme. Pengalaman menyampaikan banwa, pada umumnya, semakin keras dan teoretis gerakan-gerakan fasis, semakin besar pula dukungan rakyat diperolehnya.

Tidak mirip komunisme, fasisme tidak mempunyai landasan prinsipil yang baku atau mengikat perihal ajarannya. Apalagi cendekia balig cukup akal ini sanggup dipastikan, bahwa fasisme tidak mempunyai organisasi yang menyatukan aneka macam prinsip fasis yang bersifat universal. Unsur- unsur pokok dari pemikiran fasisme yaitu, Pertama, ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatik yakni sesuatu yang sudah niscaya benar dan dihentikan lagi didiskusikan. Kedua, pengingkaran derajat kemanusiaan.

Bagi ideologi fasisme insan tidaklah sama. Sehingga  pertidaksamaan inilah yang mendorong munculnya idealisme mereka. Dalam ideologi  fasisme, laki-laki melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang berpengaruh harus melampaui yang lemah. Makara fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen dan juga Islam  yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideologi yang mengedepankan kekuatan. Oleh sebab itu, kita sering mendengar istilah anti-yahudi. Ketiga, kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui kebenaran doktrin pemerintah.

Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka yakni musuh yang harus dimusnahkan. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa “kebenaran terletak pada perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif kebenarannya. Keempat, pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam ideologi fasisme, pemerintahan harus dipimpin oleh kelompok-kelompok elit yang dianggap lebih mengetahui keinginan seluruh anggota masyarakat. Kelima, totalitarianrisme. Bagi penganut ideologi fasime, kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang, maka totalitarianisme dimunculkan dengan agresi kekerasan mirip pembunuhan dan penganiayaan. Keenam, Rasialisme dan imperialisme. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialisme. Ketujuh, ideologi  fasisme mempunyai unsur menentang aturan dan ketertiban internasional. Konsensus internasional yakni membuat pola kekerabatan antar negara yang sejajar dan cinta damai. Sedangkan fasisme dengan terperinci menolak adanya persamaan tersebut. Oleh sebab itu, kaum fasis menganggap bahwa perang sebagai derajat tertinggi terutama hal yang menentang aturan dan ketertiban internasional.




DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Arif.2007. Buku Ajar Sejarah Ideologi. Semarang: Jurusan Sejarah FIS UNNES
Schandt, Henry J.1960. Filsafat Politik-Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno hingga Zaman Modern. Yogyakarta; Puataka Pelajar
http://harunyahya.com/indo/buku/fasisme
http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticsm/181818-fasisme.htm
http://wikipedia/Italia.org


Sumber https://www.sobathusen.com/