A. Latar Belakang Masalah
Islam dengan sumber fatwa Al-qur’an dan hadis yang diperkaya penafsiran para ulama ternyata menampilkan dengan terperinci banyak sekali problem dalam bidang pendidikan yang sudah memberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Dalam proses penilaian pendidikan memiliki kedudukan penting dalam pencapaian hasil yang digunakan selaku input untuk perbaikan acara pendidikan. Untuk mengenali lebih terperinci mengenai penilaian pendidikan, akan dipaparkan mengenai pentingnya penilaian yang berafiliasi dengan ayat-ayat pendidikan.
Dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang akan dicapai. dengan demikian kurikulum sudah di rancang, di susun dan di proses dengan maksimal, hal ini pendidikan Islam memiliki kiprah yang berat. Di antara kiprah itu yakni berbagi potensi fitrah insan (anak). Untuk mengetaui kapasitas, kualitas, anak didik perlu diadakan evaluasi. Dalam penilaian perlu adanya teknik, dan sasaran untuk menuju kesuksesan dalam proses mencar ilmu mengajar.
Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau tekhnik penilaian terhadap tingkah laris anak didik menurut standar perkiraan yang bersifat komperhensif dari seluruh asfek-asfek kehidupan mental psikologi dan spiritual religius, alasannya yakni insan hasil pendidikan Islam bukan saja sosok pribadi yang tidak cuma bersifat religius, melainkan juga cerdik dan berketerampilan yang sanggup bederma dan berbakti terhadap tuhan dan masyarakatnya.[1] Sedangkan menurut. Ramayulis dalam bukunya ilmu pendidikan Islam, penilaian pendidikan Islam merupakan suatu acara untuk menyeleksi taraf perkembangan suatu pekerjaan di dalam pendidikan Islam.[2]
Lebih lanjut Ramayulis menerangkan bahwa:
Sasaran-sasaran dari penilaian pendidikan Islam secara garis besarnya termasuk empat kesanggupan dasar anak didik yaitu: Pertama, perilaku dan pengamalan terhadap arti kekerabatan pribadinya dengan Tuhannya. Kedua, perilaku dan pengamalan terhadap arti kekerabatan dirinya dengan masyarakat. Ketiga, perilaku dan pengamalan terhadap arti kehidupannya dengan alam sekitarnya dan Keempat, perilaku dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan selaku anggota penduduk serta selaku khalifah di wajah bumi. [3]
Sasaran-sasaran penilaian tersebut dirumuskan kedalam banyak sekali pertanyaan atau statemen-stateman yang dihidangkan terhadap anak didik untuk ditanggapi. Hasil dari jawaban mereka kemudian di analisis secara psikologis, alasannya yakni yang menjadi pokok penilaian yakni perilaku mental dan persepsi dasar dari mereka selaku manifestasi dari keimanan dan keislaman serta keilmu pengetahuannya. Evaluasi yang bagus haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh syura (musyawarah) dan kemudian betul-betul diusahakan oleh guru untuk siswa. Betapapun baiknya, penilaian apabila tidak didasarkan atas tujuan pengajaran yang diberikan, tidak akan tercapai sasarannya.
Evaluasi merupakan bab dari proses mencar ilmu mengajar yang secara keseluruhan tidak sanggup dipisahkan dari acara mengajar, melaksanakan penilaian yang dijalankan dalam acara pendidikan mempunyai arti yang sungguh utama, karna penilaian merupakan alat ukur atau proses untuk mengenali tingkat pencapaian kesuksesan yang sudah diraih siswa atas materi didik atau materi-materi yang sudah disampaikan, sehingga dengan adanya penilaian maka tujuan dari pembelajaran akan terlihat secara akurat dan meyakinkan.
Sasaran penilaian dengan teknik testing tersebut yakni ketahanan mental beriman dan takwa terhadap Allah. Jika mereka ternyata tahan terhadap uji coba (tes) Allah, mereka akan mendapat kegembiraan dalam segala bentuk, utamanya kegembiraan yang bersifat mental rohaniah. Seprti kelapangan dada, ketegaran hati, terhindar dri putus asa, kesehata jiwa, dan kegembiraan paling tinggi nilainya merupakan mendapat tiket masuk surga.
Sistem evaluasi yang dipraktekkan Allah untuk mengenali apakah insan bersyukur atau kufur terhadapNya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-naml ayat 40 selaku berikut:
قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ) النمل : ٤٠(
Artinya: Berkatalah seorang yang memiliki ilmu dari AI Kitab: “Aku akan menenteng singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman menyaksikan singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini tergolong kurnia Tuhanku untuk menjajal saya apakah saya bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.(Qs. An-naml:40)
Setiap perbuatan dan langkah-langkah dalam pendidikan senantiasa mengharapkan hasil, pendidik senantiasa berharap bahwa hasil yang diperoleh kini lebih bikin puas dari yang sebelumnya.Untuk menyeleksi dan membandingkan antara hasil yang satu dengan yang yang lain dikehendaki adanya evaluasi.
Perbincangan mengenai evaluasi, tidak dapat dilepaskan dari tiga istilah; pengukuran, penilaian, evaluasi. Pengukuran sanggup diartikan dengan acara untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, acara ini yakni membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain[4]. Mengukur suhu tubuh seseorang dengan termometer, berarti membandingkan suhu tubuh itu dengan patokan ukuran suhu yang ada pada termometer tersebut. Mengukur jarak kota A dengan kota B, berarti membandingkan jarak kota A dan B dengan patokan ukuran meter atau kilometer. Pengukuran yakni proses kuantifikasi kondisi seseorang atau wilayah kedalam angka. Karenanya, sanggup dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif.
Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Suharsimi Arikunto ada tiga macam yaitu:
Pertama, pengukuran yang dijalankan bukan untuk menguji sesuatu mirip orang mengukur jarak dua buah kota, Kedua, pengukuran untuk menguji sesuatu mirip menguji daya tahan lampu pijar. Ketiga, pengukuran yang dijalankan untuk menilai. Pengukuran ini dijalankan dengan jalan menguji hal yang ingin dinilai mirip perkembangan mencar ilmu dan lain sebagainya[5].
Dalam dunia pendidikan, pengukuran yakni pengumpulan data lewat pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dijalankan untuk menaksir apa yang sudah diperoleh siswa sehabis mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini sanggup dijalankan dengan memperhatikan kinerja mereka, menyimak apa yang mereka katakan serta menghimpun info yang sesuai dengan tujuan lewat apa yang sudah dijalankan siswa.
Penilaian merupakan langkah lanjutan sehabis dijalankan pengukuran. Informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran berikutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Menurut Djemari Mardapi penilaian yakni “kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran”[6]. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif dari pengukuran, kemudian ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Ada dua teladan yang sanggup dipergunakan dalam melaksanakan penilaian yakni “acuan norma (norm-referenced) dan teladan tolok ukur (criterion-referenced)”.[7] Penggunaan teladan norma dijalankan untuk menyeleksi dan mengenali dimana posisi seseorang terhadap kelompoknya. Misalnya jikalau seseorang mengikuti tes tertentu, maka hasil tes akan menyediakan citra dimana posisinya jikalau ketimbang orang lain yang mengikuti tes tersebut. Adapun teladan tolok ukur dipergunakan untuk menyeleksi kelulusan seseorang dengan membandingkan hasil yang diraih dengan kriteria/standar yang sudah ditetapkan apalagi dahulu. Acuan ini lazimnya digunakan untuk menyeleksi kelulusan seseorang, misal dalam UN.
Pengukuran, penilaian dan penilaian merupakan acara yang bersifat hierarki. Artinya ketiga acara tersebut dalam kaitannya dengan proses mencar ilmu mengajar tidak sanggup dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya mesti dilaksanakan secara berurutan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis terpesona untuk meneliti dengan judul “Sistem Evaluasi Pendidikan Agama Islam Pada SD Negeri 3 Pandrah.”
B. Rumusan Masalah
Rumusan problem dalam penulisan proposal skripsi ini yakni sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sistem penilaian pendidikan agama Islam pada SD Negeri 3 Pandrah?
2. Bagaimanakah bentuk-bentuk evaluasi pendidikan agama Islam pada SD Negeri 3 Pandrah?
3. Apa sajakah kendala-kendala guru dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan agama Islam pada SD Negeri 3 Pandrah?
C. Penjelasan Istilah
Istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini yang perlu penulis jelaskan yakni selaku berikut:
1. Sistem
Dessy Anwar dalam Kamus lengkap bahasa Indonesia menjelaskan, tata cara yakni “sekelompok bagian-bagian alat dan sebagainya yang melakukan pekerjaan gotong royong untuk melaksanakan sesuatu maksud”.[8] Adapun menurut penulis, tata cara yakni rancangan atau mekanisme untuk meraih tujuan.
2. Evaluasi
Hoetomo dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, menerangkan bahwa “evaluasi yakni menyeleksi nilainya”.[9] Istilah penilaian berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti langkah-langkah atau proses untuk mendapatkan nilai sesuatu atau sanggup diartikan selaku langkah-langkah atau proses untuk menyeleksi nilai segala sesuatu yang ada keterkaitannya dengan penilaian. Dalam bahasa Arab penilaian dimengerti dengan perumpamaan “imtihan” yang berarti ujian. Dan dimengerti dengan perumpamaan khataman selaku cara menganggap hasil simpulan dari proses pendidikan.[10] Selain perumpamaan “evaluasi, terdapat pula perumpamaan lain yang nyaris berdekatan, yakni pengukuran dan penilaian. Sementara orang lebih condong mengartikan ketiga kata tersebut selaku suatu pengertian yang sama, sehingga dalam memaknainya tergantung dari kata mana yang siap diucapkan”.[11]
Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto adalah:
Kegiatan untuk menghimpun info mengenai bekerjanya sesuatu, yang berikutnya info tersebut digunakan untuk menyeleksi alternatif yang cocok dalam mengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan, penilaian merupakan proses yang sistematis mengenai mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan info untuk menyeleksi sejauhmana suatu tujuan sudah dicapai[12].
Sedangkan menurut penulis, penilaian yakni tes simpulan sehabis proses pembelajaran.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya “Memelihara, memberi latihan, dan pimpinan, kemudian kata didik itu mendapat awalan pe- akhiran- an sehingga menjadi pendidikan yang artinya perbuatan mendidik”.[13] Menurut Soegarda Poerbakawatja, pendidikan merupakan semua perbuatan atau kerja keras dari generasi bau tanah untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya terhadap generasi muda.[14] Menurut M. Yusuf Qardhawi, “Pendidikan Islam yakni pendidikan seutuhnya, nalar dan hatinya, rohani dan jasmaninya, watak dan keterampilannya”.[15] Menurut Charzen agama yakni "Dien" yakni “ajaran yang diwahyukan Allah terhadap Nabi-Nya, selaku isyarat untuk kebaikan insan di dunia dan akhirat’.[16]
Sedangkan kata "Islam" berasal dari bahasa Arab yakni dari kata “salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai’.[17] Islam dari sisi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat dan berserah diri terhadap Tuhan dalam upaya mencari keamanan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun akhirat. Hal demikian dijalankan kesadaran dan kemauan diri sendiri. Abdul Rida Kastori mengemukakan pengertian pendidikan Islam yakni "Suatu kerja keras untuk menumbuhkan, mengembangkan, memantau dan memperbaiki seluruh potensi fitrah”.[18] “Manusia secara optimal dengan sadar dan terpola menurut hukum-hukum Allah Swt. yang ada di dalam alam semesta maupun di dalam Al-Quran”.[19]
Zakiah Drajat mendefenisi “pendidikan agama Islam yakni kerja keras berupa panduan dan asuhan terhadap peserta didik agar kelak sehabis selesai pendidiknnya sanggup mengetahui dan mengamalkan fatwa islam serta menjadikannnya selaku persepsi hidup.”[20]
Di samping itu Muhammad Arifin juga mengemukakan bahwa “pengertian pendidikan Agama Islam yakni kerja keras orang sampaumur muslim yang bertaqwa secara sadar mengarah dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah penerima didik lewat fatwa islam kearah titik optimal pertumbuhan dan perkembangannya.”[21]
Pendidikan Agama Islam yakni upaya mendidik agama Islam atau fatwa Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan perilaku hidup) seseorang. Dengan demikian, PAI berarti kerja keras sadar untuk merencanakan penerima didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam lewat acara bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan permintaan untuk menghormati agama lain dalam kekerabatan kerukunan antar umat beragama dalam penduduk untuk merealisasikan persatuan nasional.[22] Adapun yang dimaksud dalam observasi ini yakni PAI selaku mata pelajaran di SD.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan proposal skripsi ini yakni sebagi berikut:
1. Untuk mengenali sistem penilaian pendidikan agama islam pada SD Negeri 3 Pandrah.
2. Untuk mengenali bentuk-bentuk evaluasi pendidikan agama islam pada SD Negeri 3 Pandrah.
3. Untuk mengenali kendala-kendala guru dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan agama islam pada SD Negeri 3 Pandrah.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian penulisan proposal skripsi ini yakni sebagi berikut:
Secara teoritis pembahasan ini berharga bagi para pelaku pendidikan, secara lazim sanggup memperbesar khazanah ilmu wawasan khususnya mengenai Sistem Evaluasi Pendidikan Agama Islam Pada SD Negeri 3 Pandrah. Selain itu hasil pembahasan ini sanggup di jadikan materi kajian bidang study pendidikan.
Hasil pembahasan ini sanggup menyediakan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan Sistem Evaluasi Pendidikan Agama Islam Pada SD Negeri 3 Pandrah ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di kehendaki sanggup menjadi komplemen referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
F. Landasan Teori
Evaluasi merupakan bab yang tidak sanggup dipisahkan dari proses pembelajaran, kita sering mendengar perumpamaan latihan, ujian, ulangan, middle, quis, Ebtanas, UAN, dan sebagainya. Kesemuanya itu merupakan jenis-jenis evaluasi, mengapa evalusi tidak sanggup dipisahkan dari suatu proses pembelajaran untuk menjawab pertanyaan itu, coba kita perhatikan, proses pembelajaran menyerupai suatu alat transportasi, tujuan dari pendidikan merupakan wilayah tujuan kita, dan evalusi menyerupai argo yang mengukur apakah kita sudah hingga tujuan atau belum, contoh lain misalnya, pendidik tidak akan tahu apakah materi yang disampaikannya sudah dikuasai oleh siswanya atau belum tampa adanya evaluasi.
Dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang akan dicapai. dengan demikian kurikulum sudah di rancang, di susun dan di proses dengan maksimal, hal ini pendidikan Islam memiliki kiprah yang berat. Di antara kiprah itu yakni berbagi potensi fitrah insan (anak). Untuk mengetaui kapasitas, kwalitas, anak didik perlu diadakan evaluasi. Dalam penilaian perlu adanya teknik, dan sasaran untuk menuju kesuksesan dalam proses mencar ilmu mengajar.
Evaluasi yang bagus haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh suro dan kemudian betul-betul diusahakan oleh guru untuk siswa. Betapapun baiknya, penilaian apabila tidak didasarkan atas tujuan pengajaran yang diberikan, tidak akan tercapai sasarannya.
Tujuan agenda penilaian yakni mengenali kadar pengertian anak didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang sudah diberikan. Selain itu, agenda penilaian berniat mengenali siapa diantara anak didik yang pintar dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan penilaian bukan cuma tertuju pada anak didik saja, tetapi juga berniat menganalisa pendidik, yakni sejauh mana pendidik rajin dalam melakukan tugasnya untuk meraih tujuan pendidikan Islam.
G. Kajian Terdahulu
Nama: Nurdiana A.Rahman Nim: A. 262948/1898 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2012 dengan judul skripsi Prinsip-Prinsip Evaluasi Pendidikan Agama Islam metode yang digunakan dalam penelitiannya yakni metode observasi kepustakaan (library research) dengan kesimpulan selaku berikut:
1. Prinsip universal dalam penilaian pendidikan yakni keseimbangan dan kesederhanaan, kejelasan, realisme dan realisasi, serta dinamisme. Adapun prinsip-prinsip yang mendasari prinsip kurikulum pendidikan Islam itu yakni prinsip ruh Islamiyah, universal, kesesuaian dengan perkembangan psikologi anak dan prinsip memperhatikan lingkungan sosial
2. Prinsip demokrasi dalam penilaian pendidikan adalah pengakuan atas keleluasaan hak perorangan (human right) terhadap upaya untuk menikmati hidup, sekaligus dalam mekanisme melakukan keharusan selaku warga negara. Sehingga, pada gilirannya sanggup membentuk kondisi community development pada nilai-nilai keberagaman, baik berpikir, bertindak, berpendapat, maupun berkreasi.
3. Prinsip keadilan dalam penilaian pendidikan adalah evaluasi mesti memikirkan rasa keadilan bagi penerima didik dan objektif menurut kenyataan yang sebenarnya, dihentikan dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Jangan alasannya yakni kebencian memicu ketidakobjektifan evaluasi.
4. Prinsip profesional dalam penilaian pendidikan yakni evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau tekhnik penilaian terhadap tingkah laris anak didik menurut standar perkiraan yang bersifat komperhensif dari seluruh asfek-asfek kehidupan mental psikologi dan spiritual religius.
H. Metodelogi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam observasi ini yakni SD Negeri 3 Pandrah, sedangkan permasalahan yang diteliti yakni tata cara penilaian pendidikan agama Islam pada SD Negeri 3 Pandrah.
2. Jenis penelitian
Jenis observasi ini yakni Penelitian Lapangan (field research), yakni observasi dijalankan dengan cara penulis menekuni langsung ke lokasi (objek) observasi yakni SD Negeri 3 Pandrah untuk mendapat data yang penulis butuhkan yakni data mengenai sistem penilaian pendidikan agama Islam pada SD Negeri 3 Pandrah.
3. Metode Penelitian
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini yakni penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif serta menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah: “suatu pendekatan observasi yang diarahkan dalam mengetahui fenomena sosial dari perpektif partisipan, serta menggunakan taktik multi metode, dengan metode utama interview, observasi, dan studi dokumenter, dalam pelaksanaan observasi peneliti menyatu dengan suasana yang di teliti”.[23] Penelitan kualitatif berjalan secara natural, data yang di kumpulkan dari orang-orang yang terlibat dalam tingkah laris alamiah, hasil observasi kulitatif berupa deskripsi analisis.
4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup observasi ini yakni selaku berikut:
NO | Ruang Lingkup Penelitian | Hasil Yang diharapkan |
1 | Sistem penilaian pendidikan agama Islam pada SD Negeri 3 Pandrah | a) Pre test dan Post test b) Evaluasi prasyarat c) Evaluasi diagnostik |
2 | Bentuk-bentuk evaluasi pendidikan agama islam pada SD Negeri 3 Pandrah | a). Evaluasi Formatif, b). Evaluasi Sumatif c). Evaluasi penempatan (placement), d). Evaluasi Diagnostik, |
3 | Kendala-kendala guru dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan agama islam pada SD Negeri 3 Pandrah | a) Guru b) Siswa c) Sekolah |
5. Objek Penelitian
Menurut Sugiyono pengertian “Objek observasi yakni fasilitas ilmiah untuk mendapat data dengan tujuan dan kegunaa tertentu mengenai sesuatu hal objektif, valid, dan reliable mengenai suatu hal.”[24] Dari definisi diatas sanggup diambil kesimpulan bahwa objek observasi adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu yang memiliki nilai, skor atau ukuran yang berbeda.
Objek dalam observasi ini yakni guru dan siswa SD Negeri 3 Pandrah.
6. Sumber Data
1) Data primer yakni “sumber data yang pribadi dan secepatnya diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian”.[25]. Adapun sumber data primer dalam observasi ini adalah
a) Kepala Sekolah
b) Guru
c) Siswa
2) Data skunder yakni sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yakni buku:
a). Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo: Jakarta, 2006.
b). Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
c). Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers. 2002.
d). Jemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, Yogjakarta: Mitra Cendekia Press, 2008.
e). Daryanto, Drs. H., Evaluasi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001.
f). M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.
7. Tehnik Pengumpulan Data
Menurut Nazir pengumpulan data yakni mekanisme yang sistematik dan standar untuk menerima data yang diperlukan.[26] Karena observasi ini merupakan observasi lapangan yakni pribadi menekuni ke lokasi penelitian, sesuai dengan pertimbangan tersebut untuk mendapat data dan info yang akurat demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini, dijalankan pengumpulan data dengan menggunakan teknik, yakni field research (penelitian lapangan) merupakan suatu metode pengumpulan data dengan menggunakan observasi pribadi ke lapangan untuk menerima info dan data-data dari objek penelitian, lewat observasi ini akan dilaksanakan sebaik-baiknya untuk menerima data yang valid.
Pelaksanaan observasi ini juga dikumpulkan data dengan menggunakan teknik selaku berikut:
a. Observasi partisipasi, yakni observasi yang mengadakan pengamatan secara lagsung melibatkan dari dalam acara yang dijadikan selaku subjek penelitian.
b. Interview (wawancara) merupakan dengan cara berkomunikasi pribadi dengan orang-orang yang dijadikan objek penelitian.
c. Dokumentasi yakni untuk menerima data-data mengenai kondisi guru dan siswa pada SD Negeri 3 Pandrah.
8. Tehnik Analisa Data
Untuk menganalisis data dan menginterpretasikan data tersebut menurut Nasution sanggup dijalankan 3 tahapan yaitu:
1. Tahap Reduksi
Tahap ini hal yang dijalankan yakni menelaah seluruh data yang sudah terhimpun dari lapangan, sehingga sanggup didapatkan hal-hal pokok dari objek yang diteliti. Kegiatan ini dijalankan untuk mengumpulka data atau info dari catatan hasil wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi untuk mencari nilai inti atau pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap faktor yang diteliti.
2. Tahap Display
Tahap ini dijalankan yakni untuk merangkul data temuan data temuan dalam observasi ini yang di susun secara sistematis untuk mengenali mengenai hal yang diteliti di lapangan, sehingga lewat display data sanggup membuat lebih mudah bagi peneliti untuk menginterpretasikan terhadap data yang terkumpul.
3. Tahap Verifikasi
Nasution mengemukakan: “tahap ini dijalankan untuk mengadakan pengkajian terhadap kesimpulan yang sudah diambil dengan data perbandingan dari teori yang relevan. Pengujian ini dimaksudkan untuk menyaksikan kebenaran hasil analisa, sehingga melahirkan kesimpulan yang sanggup dipercaya”[27].
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan: “Penelitian sanggup diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang serupa atau berbeda. Verifikasi dalam observasi kualitatif berlainan dengan kuantitatif”[28]. Penelitian kualitatif memberikan interpretasi deskriptif , verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna menyediakan santunan terhadap ilmu atau studi lain. Semua data yang terkumpul dari responden dimasak dalam bentuk uraian-uraian mengenai apa yang didapatkan di lokasi penelitian.
Tehnik penulisan dalam skripsi ini penulis berpedoman pada Buku Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim Peusangan Bireuen Aceh tahun 2014. Mengenai terjemahan ayat Al-Qur’an, penulis mengambil Buku Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an Kementrian agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Perkata, penerbit CV. Kalim, Jakarta Tahun 2010.
I. Garis Besar Isi Proposal Skripsi
Garis besar dalam penulisan proposal skripsi ini yakni selaku berikut :
Bab satu terdapat pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, klarifikasi istilah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Landasan Teori, Kajian terdahulu, metode observasi dan garis besar isi proposal skripsi.
J. DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Abdul Ridha Kastori, Sistem Pendidikan Islam, Islah, Ed. 43, 1995.
Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, Yogjakarta: Mitra Cendekia Press, 2008.
Dessy Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Cet. I, Surabaya: Karya Abditama, 2001.
Hobby, Kamus Populer, Cet.XV, Jakarta: Central, 2000.
Lexy J. .Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2005.
Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinul Islam), Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1980.
Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
M. Arifin ,Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
M. Yusuf Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
Nazir, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1999.
Nasution, Teknologi Pendidikan, Cet. III, Bandung: Jemmars, 2000.
Nana Syoadih Sukmadita, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Soegarda Poerbakawatja, et. al. Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta:Gunung Agung, 2001.
Saleh Muntasir, Mencari Evedensi Islam, Jakarta: Rajawali, t.t.
Sugiyono, Metode observasi Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Jakarta: Alfabeta, 2010.
Winarmo Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung: Angkasa, 1987.
Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. XI, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
[5] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 2.
[6] Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, (Yogjakarta: Mitra Cendekia Press, 2008), hal. 6.
[7] Ibid, hal. 14.
[8] Dessy Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Cet. I, (Surabaya: Karya Abditama, 2001), hal. 325.
[14]Soegarda Poerbakawatja, et. al. Ensiklopedi Pendidikan,(Jakarta:Gunung Agung, 2001), hal. 257.
[15] M. Yusuf Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hal 23.
[17]Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinul Islam), (Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1980), hal. 2.
[18]Fitrah yakni kondisi jiwa manusia, dimana Allah sudah menciptakannya untuk kebenaran atau tauhid dan bersedia mendapat kebenaran itu. Syeikh Ahmad Mustafa Al-Maraghi, (www.serambionline.com).
[20] Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. XI, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 86.
[22] Muhaimin, et. al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 75.
[25] Winarmo Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 163.
[26] Nazir, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hal. 127.
[28]Nana Syoadih Sukmadita, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 8.