Kiri Dan Kanan Di Tiap Daerah Akan Berbeda

Kiri dan kanan di tiap kawasan akan berlawanan Kiri dan kanan di tiap kawasan akan berbeda

Rakyat berdikari pangan, berdaulat atas lahan dan alat produksi. Itu impian sosialis cum komunis yang di Indonesia disebut kiri yang disamadengankan anti Tuhan. Anti agama. Tapi jargon usaha "kiri" kerap "diperjuangkan" pula oleh kanan. Di Indonesia kanan diidentikkan selaku golongan religius, akrab dengan Tuhan, bahkan pembela Tuhan.
Kiri dan kanan di tiap kawasan akan berbeda. Di Uni Sovyet, golongan kiri yaitu mereka yang berideologi kapitalis. Jadi, di sana sosialis cum komunis yaitu kanan.

Di dunia, sebelum Uni Sovyet dibubarkan, kekuatan dunia terpecah pada dua blok besar. Blok Barat (negara kapitalis) yang digawangi Amerika dan Blok Timur (negara komunis) yang dipimpin Uni Sovyet. Indonesia yang menganut politik mancanegara bebas aktif --sampai sekarang-- menegaskan gerakan Non Blok. KTT Non Blok pertama di Bandung yaitu mahakarya politik Indonesia di dunia internasional. Ganefo yaitu pesta olah raga internasional yang digadang-gadang selaku tandingan Olimpiade. Walau lalu tidak lagi diselenggarakan.

Kenapa di Indonesia tidak ada pangkalan militer absurd semisal Amerika atau Cina? Ya, alasannya yaitu politik kita bebas aktif. Tidak berpihak pada aliansi tertentu.

Kiri dan kanan yaitu jalan. Pilihan hati. Bergabung ke kanan bukan memiliki arti nirwana dan gabung ke kiri tidak harus masuk neraka. Ideologi yaitu jalan. Kapitalis, sosialis, komunis, liberalis, falsisme konservative Murbaisme, dan lain-lain, tidak serta merta memunculkan kita selaku individu anti Tuhan atau menyayangi Tuhan. Karena orang baik ada di mana saja.

Politisi populis kanan dan populis kiri, akan menjadi monster jikalau berlaku jahat. Demikian juga sebaliknya.

Contoh? Aceh, sepanjang 15 tahun damai, yang memimpin Aceh yaitu politisi populis kanan. Bahkan yang dahulu mengaku kiri kini justru menjadi lebih kanan daripada yang duluan kanan. Hasilnya? Mereka gres sekadar bisa menyejahterakan diri dan keluarga, bahkan dengan menggadaikan idealisme serta agama. Mereka mengaku paling cinta pada Islam. Tapi itu sebatas diatas mimbar politik. Di dalam perilaku, tuha adoe nibak adun.

Penulis: Muhajir Juli

Related Post