Cara Gampang Menganalisis Makna/Isi Puisi Dan Misalnya Lengkap

Makna puisi ialah arti atau maksud atau isi yang terkandung dalam puisi yang sanggup ditangkap oleh pembaca sesuai tingkat pengalaman dan pengetahuannya. Oleh lantaran itu, makna puisi akan berbeda-beda manakala penafsirannya tidak sama. Bahkan, bukan mustahil akan bertolak belakang.
Makna puisi ialah arti atau maksud atau isi yang terkandung dalam puisi yang sanggup ditang Cara Praktis Menganalisis Makna/Isi Puisi dan Contohnya Lengkap
Dalam penafsiran, niscaya akan ada unsur subjektivitas. Kedewasaan, kemantapan pengalaman, dan pengetahuan penafsir akan memilih mutu rumusan makna puisi. Dengan demikian, hanya penyairnya yang tahu makna persis puisi tersebut.

Beberapa hal yang berkaitan dengan apresiasi puisi ialah pemahaman terhadap unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik puisi mencakup tema, diksi, bait/larik, rima, makna, amanat. Adapun unsur ekstrinsiknya ialah latar belakang penulis, keadaan masyarakat pada ketika puisi tersebut digubah, sosial, politik, adat, dan sebagainya.

Unsur Dasar dalam Menganalisis Puisi
Sebagai suatu totalitas yang dibuat oleh unsur intrinsik tertentu, puisi sanggup dibagi dalam beberapa lapis yang mencakup hal-hal berikut.
1. Sense
Terdapatnya sense atau makna dalam suatu puisi, intinya akan berafiliasi dengan citra dunia atau makna puisi secara umum yang ingin diungkapkan penyairnya. Dalam analisis puisi, keberadaan makna tersebut akan membuahkan pertanyaan, "Apa yang ingin dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakan ini?"

2. Subject matter
Subject matter adalah pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakannya. Jika sense berafiliasi dengan citra makna dalam puisi secara umum, subject matter berhubungan dengan satuan-satuan pokok pikiran tertentu yang secara khusus membangun sesuatu yang diungkapkan penyair.

Oleh alasannya ialah itu, dalam analisis lapis makna puisi, pembaca akan menampilkan pertanyaan, Pokok-pokok pikiran apa yang diungkapkan, sejalan dengan sesuatu yang secara umum dikemukakan penyairnya?

3. Feeling
Feeling adalah perilaku penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. Hal itu mungkin saja terkandung dalam lapis makna puisi sejalan dengan terdapatnya pokok pikiran dalam puisi.

4. Tone
Tone adalah perilaku penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang ditampilkannya. Hal yang demikian mungkin saja terjadi, contohnya sewaktu Anda berbicara dilema cinta maupun perihal cinta itu sendiri kepada kekasih Anda, akan berbeda dengan sewaktu Anda berbicara kepada teman.

Dalam rangka menganalisis feeling dan tone pada suatu puisi, pembaca akan berafiliasi dengan upaya pencarian jawaban atas pertanyaan. Bagaimanakah perilaku penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya? Serta bagaimanakah perilaku penyair terhadap pembaca?
Jawaban yang diperoleh mungkin akan berupa perilaku keterharuan, kesedihan, keriangan, semangat, masa bodoh, menggurui, atau banyak sekali macam perilaku lainnya sejalan dengan keanekaragaman perilaku insan dalam menyikapi kenyataan yang dihadapinya.

5. Totalitas
Totalitas makna ialah keseluruhan makna yang terdapat dalam suatu puisi. Penentuan totalitas makna puisi didasarkan atas pokok-pokok pikiran yang ditampilkan penyair, perilaku penyair terhadap pokok pikiran, serta perilaku penyair terhadap pembaca. Hasil rangkuman dari keseluruhannya itu akan membuahkan totalitas makna dalam suatu puisi. Hal ini berbeda dengan sense yang hanya menawarkan citra secara umum saja kepada pembaca.

6. Tema
Tema ialah wangsit dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna puisi. Tema berbeda dengan pandangan moral meskipun tema itu sanggup berupa sesuatu yang mempunyai nilai rohaniah. Hal itu disebut tidak sama dengan pandangan moral maupun amanat.

Ini lantaran tema hanya sanggup diambil dengan jalan menyimpulkan dasar yang terdapat di dalam totalitas makna puisi. Adapun pandangan moral atau message sanggup saja berada di dalam butir-butir pokok pikiran yang ditampilkannya. Dengan kata lain, bidang cakupan tema lebih luas daripada pandangan moral maupun message.

Tahap Kegiatan dalam Analisis Makna Puisi
Tahap kegiatan dalam menganalisis makna puisi intinya merupakan tahap lanjutan dari kegiatan menganalisis bangkit struktur puisi. Meskipun demikian, kegiatan analisis makna puisi sanggup juga dilaksanakan secara terpisah dan hanya pada pengidentifikasian serta pembagiannya lebih mudah. Tahap kegiatan yang harus ditempuh pembaca ketika menganalisis lapis makna puisi sanggup dipaparkan sebagai berikut.
1. Bacalah puisi yang telah dipilih secara berulang-ulang.
2. Berusaha memahami makna yang terkandung dalam judul puisi.
3. Berusaha memahami citra makna yang ditampilkan penyair secara umum.
4. Menetapkan kata-kata yang termasuk dalam kategori lambang dan kata-kata yang termasuk dalam kategori simbol maupun utterance.
5. Berusaha memahami makna setiap simbol puisi yang menjadi objek analisis.
6. Berusaha memahami makna yang terdapat dalam setiap baris puisi.
7. Berusaha memahami kekerabatan makna antara baris puisi yang satu dengan baris puisi lainnya.
8. Berusaha memahami satuan-satuan pokok pikiran, baik yang terkandung dalam sekelompok baris maupun satuan pokok pikiran yang terdapat dalam bait. Perlu diperhatikan dengan baik bahwa pokok pikiran atau subject matter, meskipun umumnya tertuang dalam bait, sering kali juga tertuang dalam sekelompok baris. Hal ini terjadi kalau penyair tidak menawarkan penanda bait sebagai penanda satuan pikiran yang ditampilkannya.
9. Berusaha memahami perilaku penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
10. Berusaha memahami perilaku penyair terhadap pembaca sewaktu menampilkan pokok-pokok pikirannya. Merangkum hasil pemahaman pokok pikiran, perilaku penyair terhadap pokok pikiran, serta perilaku penyair terhadap pembaca dalam satu paragraf atau lebih sesuai dengan jumlah pokok pikiran yang ada dengan memakai bahasa pembaca sendiri. Pada tahap ini, pembaca intinya telah hingga pada tahap menganalisis totalitas makna puisi.

Tahapan kerja tersebut tentu saja masih bersifat lentur, dalam arti masih bisa ditambah atau dikurangi. Selain itu, tahapan kerja bukanlah berlangsung secara benar-benar terpisah lantaran dalam pelaksanaannya, batas antara tahap yang satu dengan yang lain sering kali kabur. Akan tetapi, sebagai pedoman, tahap kerja analisis lapis makna puisi tersebut sangat baik untuk dilaksanakan.

Contoh Analisis Makna Puisi

Sejalan dengan beberapa tahapan kerja analisis lapis makna puisi tersebut serta adanya banyak sekali macam unsur dalam lapis makna itu sendiri, pada bab ini akan dipaparkan model analisis lapis makna puisi. Berikut ini puisi "Salju" karya Wing Kardjo yang akan dianalisis.
Ke manakah pergi
mencari matahari
ketika salju turun
pohon kehilangan daun

Ke manakah jalan mencari lindungan
ketika badan kuyup
dan pintu tertutup
Ke manakah lari
Mencari api
Ketika bara hati
Padam tak berarti

Ke manakah pergi
Selain mencuci diri

Berikut ini ialah langkah-langkah yang sanggup Anda lakukan untuk menganalisis isi puisi tersebut.
1. Mendapatkan citra Makna
Anda tentunya telah membaca puisi tersebut secara berulang-ulang untuk mencoba memahami judul "Salju" serta berusaha mendapatkan citra maknanya secara keseluruhan untuk menangkap makna. Untuk memahami kata "salju" sebagai judul puisi tersebut, kita harus berusaha mendapatkan citra perihal ciri-ciri dan banyak sekali macam kemungkinan makna yang dikandungnya.

2. Gambaran makna yang diperoleh
Dari proyeksi banyak sekali macam kemungkinan makna kata "salju" misalnya, kita temukan citra makna berikut.
 Suatu demam isu atau keadaan ketika salah satu bab bumi ini hanya ditebari oleh serpih es yang dingin;
 Sebagai jawaban dari keadaan tersebut, bab bumi yang terkena musun salju itu seolah-olah mati, tumbuh-tumbuhan gundul, kegiatan kerja di luar terhenti, orang jarang keluar rumah, dan bab bumi itu sendiri seperti tidak punya arti, bahkan menjadi suatu kenyataan atau bab yang tidak disenangi.

Dari proyeksi makna tersebut, kini sanggup ditentukan bahwa kata atau judul "salju"mengandung makna sesuatu yang tidak berarti.

3. Menganalisis unsur sense (makna)
Dalam hal sense, secara sederhana sanggup ditetapkan bahwa lewat puisi "Salju" itu penyair menggambarkan seseorang yang sedang kebingungan. Ia tidak tahu ke mana harus pergi. Saat itu, sesuatu yang tidak berarti sedang menimpa dirinya. la tidak tahu jalan untuk mencari pemberian ketika tubuhnya lembap kuyup. Dia ingin berusaha mencari api untuk menghidupkan bara hatinya yang mati, tetapi tidak tahu ke mana harus lari. Akhirnya sampailah beliau pada satu keputusan "mencuci diri".

4. Kategori kata
Untuk pertanda kebenaran citra makna judul maupun citra makna secara umum tersebut, kita kini perlu menelaah lebih mendalam. Jalan pertama yang kita tempuh ialah mengategorikan kata-kata yang termasuk kategori lambang dan kata-kata yang termasuk kategori simbol.

Dalam hal ini ditetapkan bahwa kata-kata dalam puisi tersebut yang termasuk lambang ialah kata-kata "ke manakah", "pergi", "mencari", dan "ketika". Adapun kata-kata yang bersifat simbolik ialah "matahari", "salju turun", "pohon", dan "kehilangan daun".

5. Memahami makna simbolik
Tugas Anda kini ialah berusaha memahami makna kata yang bersifat simbolik tersebut. Pertama, kata “matahari". Dalam hal ini, sanggup disimpulkan bahwa kata "matahari" berafiliasi dengan makna "kehidupan", kata "salju" berafiliasi dengan makna "sesuatu yang tidak berarti".

Masalahnya sekarang, apakah yang dimaksud dengan "pohon" dan "kehilangan daun"? Siapa pun akan memaklumi bahwa daun ialah ciptaan Tuhan. Dengan kata lain, daun ialah makhluk ciptaan Khalik. Pertanyaannya sekarang: Makhluk apakah yang bisa menyadari ketidakberartian hidupnya? Makhluk apakah yang dengan sadar berusaha mencari kehidupan? Jawabnya tentu, manusia.

Pohon yang kehilangan daun, tentu hidupnya tidak berarti. Selain itu, kalau pohon itu merupakan simbol dari manusia, berarti insan yang kehilangan daun itu hidupnya tiada berarti.

Setelah memahami makna kata-kata simbolik pada bait pertama, kiprah kita kini ialah berusaha memahami makna kata simbolik pada bait berikutnya. Sering kali pemahaman makna kata-kata simbolik menjadi semacam kunci untuk memahami makna kata-kata simbolik berikutnya. Dengan berangkat dari anggapan demikian, dapatkah Anda memahami makna kata "tubuh", "basah kuyup", "pintu tertutup", dan kata "api"?

6. Membahas makna setiap larik
Setelah Anda mencoba sendiri berusaha memahami kata-kata simbolik tersebut, baik sendirian atau lewat diskusi, silakan Anda coba membahas makna setiap lariknya. Larik pertama yang berbunyi "ke manakah pergi" gampang untuk dimengerti. Larik kedua yang berbunyi ketika "salju turun"-lah yang perlu diperhatikan baik-baik.

Jika dihubungkan dengan proyeksi makna kata "salju" turun tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa baris “ketika salju turun" mengandung makna ketika hidupku sepi tidak berarti. Adapun larik keempat yang berbunyi “pohon kehilangan daun" sanggup diartikan sebagai ketika diriku hampa tidak bermakna.

Dari telaah tersebut, kini sanggup kita parafrasekan bait puisi tersebut dengan redaksi sebagai berikut:
ke manakah pergi
mencari kehidupan
ketika hidupku sepi tak berarti
ketika diriku hampa tidak bermakna

Dengan cara yang sama, bait-bait berikutnya sanggup juga diredaksikan sebagai berikut:
ke manakah harus berjalan
mencari perlindungan
ketika diriku menderita

dan tak se orang pun mau menerima
ke manakah harus berlari

mencari petunjuk dan kekuatan kehidupan
ketika semangat hidupku
menjadi padam tidak berarti
tidak ada jalan lain
selain bersujud di hadapan Tuhan untuk menemukan kesucian

7. Memahami kekerabatan antarbaris
Dari telaah tersebut, semakin terang bagaimana kekerabatan antara baris yang satu dengan baris lainnya. Sebagai penutur atau pemakai bahasa Indonesia, Anda tentunya tidak akan mengalami kesulitan seandainya diminta untuk mempertalikan baris-baris di atas ke dalam satuan-satuan kalimat.

8. Simpulan pokok pikiran makna puisi
Sudahkah Anda mencoba menyusun paragraf menurut satuan-satuan bait tersebut? Jika sudah, kiprah Anda kini ialah melihat satuan-satuan pokok pikiran dalam paragraf-paragraf yang telah Anda buat sehingga sanggup disimpulkan bahwa dalam puisi tersebut terdapat empat pokok pikiran yang saling berkaitan.

Keempat pokok pikiran itu ialah sebagai berikut.
1) Ke mana saya harus pergi di ketika hidupku hampa tidak berarti?
2) Kepada siapa saya meminta pemberian di ketika diriku menderita dan tidak seorang pun mau mendapatkan diri saya?
3) Ke mana harus pergi mencari petunjuk dan semangat kehidupan ketika semangat hidupku padam tidak berarti?
4) Dalam situasi demikian, tidak ada jalan lain selain bersujud di hadapan Tuhan untuk menyucikan diri.

9. Memahami perilaku penyair terhadap puisi
Sekarang, bagaimana halnya dengan perilaku penyair terhadap pokok-pokok pikiran puisi tersebut? Ada majemuk perilaku seseorang sewaktu menghadapi situasi demikian. Mungkin mereka akan bengong sendirian, bertindak masa bodoh, menyalahkan orang lain, dan banyak sekali kemungkinan perilaku lainnya.

Akan tetapi, lain halnya dengan perilaku penyair. Ia mengungkapkan bahwa dalam situasi demikiaan tidak ada jalan lain kecuali mencuci diri. Dari pernyataan tersebut, sanggup diketahui bahwa dalam menampilkan pokok-pokok pikirannya, penyair mempunyai satu sikap, yakni berserah diri kepada Tuhan.

10. Sikap penyair terhadap pembaca puisi
Sikap penyair terhadap pembaca akan memperlihatkan adanya perilaku yang bermacam-macam. Dalam hal ini mungkin perilaku masa bodoh, mengajak, menggurui, keramahtamahan, kebencian, persahabatan, dan lain-lainnya.

Adanya sikap-sikap tertentu dalam suatu puisi umumnya ditandai oleh bentuk-bentuk pernyataan tertentu. Dalam hal ini, jangan tutup mata Anda. Seandainya gejala tertentu yang sanggup menyiratkan perilaku penyair terhadap pembaca tidak ada, sanggup dipastikam bahwa penyair menyikapi pembaca dengan perilaku masa bodoh.

11. Rangkuman penafsiran puisi
Tugas Anda kini ialah merangkum keseluruhan hasil penafsiran tersebut, baik penafsiran terhadap satuan-satuan pokok pikiran, perilaku penyair terhadap pokok pikiran, maupun perilaku penyair terhadap pembaca sewaktu menampilkan pokok-pokok pikiran tertentu ke dalam satu kesatuan yang utuh.

Dengan cara demikian, intinya Anda sedang berupaya menemukan totalitas makna puisi yang Anda baca. Cobalah kerjakan sendiri upaya pencarian totalitas makna tersebut dengan jalan merangkum satuan-satuan paragraf yang telah Anda susun serta Anda telah memasukkan unsur feeling dan tone ke dalamnya.

12. Menentukan tema puisi
Pembahasan tema intinya merupakan pembahasan yang cukup rumit lantaran dalam hal ini penganalisis harus bisa berpikir secara mendasar. Hal itu sanggup saja dimaklumi lantaran tema berafiliasi dengan lapis dunia yang metafisis (gaib).

8. Simpulan pokok pikiran makna puisi
Sudahkah Anda mencoba menyusun paragraf menurut satuan-satuan bait tersebut? Jika sudah, kiprah Anda kini ialah melihat satuan-satuan pokok pikiran dalam paragraf-paragraf yang telah Anda buat sehingga sanggup disimpulkan bahwa dalam puisi tersebut terdapat empat pokok pikiran yang saling berkaitan.

Keempat pokok pikiran itu ialah sebagai berikut.
1) Ke mana saya harus pergi di ketika hidupku hampa tidak berarti?
2) Kepada siapa saya meminta pemberian di ketika diriku menderita dan tidak seorang pun mau mendapatkan diri saya?
3) Ke mana harus pergi mencari petunjuk dan semangat kehidupan ketika semangat hidupku padam tidak berarti?
4) Dalam situasi demikian, tidak ada jalan lain selain bersujud di hadapan Tuhan untuk menyucikan diri.

9. Memahami perilaku penyair terhadap puisi
Sekarang, bagaimana halnya dengan perilaku penyair terhadap pokok-pokok pikiran puisi tersebut? Ada majemuk perilaku seseorang sewaktu menghadapi situasi demikian. Mungkin mereka akan bengong sendirian, bertindak masa bodoh, menyalahkan orang lain, dan banyak sekali kemungkinan perilaku lainnya.

Akan tetapi, lain halnya dengan perilaku penyair. Ia mengungkapkan bahwa dalam situasi demikiaan tidak ada jalan lain kecuali mencuci diri. Dari pernyataan tersebut, sanggup diketahui bahwa dalam menampilkan pokok-pokok pikirannya, penyair mempunyai satu sikap, yakni berserah diri kepada Tuhan.

10. Sikap penyair terhadap pembaca puisi
Sikap penyair terhadap pembaca akan memperlihatkan adanya perilaku yang bermacam-macam. Dalam hal ini mungkin perilaku masa bodoh, mengajak, menggurui, keramahtamahan, kebencian, persahabatan, dan lain-lainnya.

Adanya sikap-sikap tertentu dalam suatu puisi umumnya ditandai oleh bentuk-bentuk pernyataan tertentu. Dalam hal ini, jangan tutup mata Anda. Seandainya gejala tertentu yang sanggup menyiratkan perilaku penyair terhadap pembaca tidak ada, sanggup dipastikam bahwa penyair menyikapi pembaca dengan perilaku masa bodoh.

11. Rangkuman penafsiran puisi
Tugas Anda kini ialah merangkum keseluruhan hasil penafsiran tersebut, baik penafsiran terhadap satuan-satuan pokok pikiran, perilaku penyair terhadap pokok pikiran, maupun perilaku penyair terhadap pembaca sewaktu menampilkan pokok-pokok pikiran tertentu ke dalam satu kesatuan yang utuh.

Dengan cara demikian, intinya Anda sedang berupaya menemukan totalitas makna puisi yang Anda baca. Cobalah kerjakan sendiri upaya pencarian totalitas makna tersebut dengan jalan merangkum satuan-satuan paragraf yang telah Anda susun serta Anda telah memasukkan unsur feeling dan tone ke dalamnya.

12. Menentukan tema puisi
Pembahasan tema intinya merupakan pembahasan yang cukup rumit lantaran dalam hal ini penganalisis harus bisa berpikir secara mendasar. Hal itu sanggup saja dimaklumi lantaran tema berafiliasi dengan lapis dunia yang metafisis (gaib).

Untuk mencapainya, pembaca harus membaca hasil rangkuman totalitas makna yang telah dibuat secara berulang-ulang untuk menciptakan satu final yang menjadi inti keseluruhan totalitas maknanya.

Dari keseluruhan totalitas makna yang terdapat dalam puisi berjudul "Salju", misalnya, sanggup dikatakan bahwa tema dalam puisi tersebut ialah hanya dengan menyucikan diri insan sanggup menikmati kehidupan yang berarti.

Sumber https://blogbahasa-indonesia.blogspot.com/

Related Post